Boeing dan Airbus Beli Saham Perusahaan Suku Cadang Spirit



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan maskapai terus ekspansi. Boeing semisal, membeli kembali saham Spirit AeroSystems seharga US$ 4,7 miliar. Nilai ini setara Rp 77,08 triliun. 

Spirit adalah eks anak usaha Boeing yang telah dijual pada tahun 2005. Namun, kini Boeing memutuskan membeli kembali saham Spirit dengan harga sekitar US$ 37,25 per saham dan membuat nilai perusahaan itu menjadi US$ 8,3 miliar termasuk utang.

Baca Juga: Boeing Beli Kembali Spirit Aero Senilai US$ 4,7 Miliar


"Menyatukan Spirit dan Boeing memungkinkan integrasi pada kemampuan manufaktur serta teknik dua perusahaan, termasuk sistem keselamatan dan kualitas," sebut CEO Spirit Pat Shanahan seperti dikutip Reuters

Tambahan informasi, Boeing telah lama mempertimbangkan untuk membeli kembali bekas anak perusahaannya ini karena kualitas komponen perusahaan ini mulai dipertanyakan. 

Ledakan penutup pintu pada jet Alaska Airlines pada 5 Januari 2024 menjadi pemicu besar atas kualitas pesawat Boeing. Menurut para kritikus pemisahan Spirit yang menjadi produsen penutup pintu adalah pemotongan biaya dibanding mempertahankan kualitas.

Tak hanya Boeing, Airbus juga akan mengambilalih pabrik Spirit yang berlokasi di Eropa. Airbus juga mengatakan akan mengambilalih aktivitas inti di empat pabrik pemasoknya di Amerika Serikat, Irlandia Utara, Prancis, dan Maroko. Kesepakatan Airbus ini terpisah dengan pembicaraan yang dilakukan antara Boeing dan Spirit. 

Akuisisi Airbus ini merupakan upaya mengamankan suku cadang pesawat Airbus A350 dan A220. Namun secara finansial, Spirit yang akan dibeli bermasalah. Makanya,  Airbus menerima kompensasi US$ 559 juta dari Spirit. Sementara Airbus akan membayar pabrik pemasok suku cadang secara simbolis US$ 1 untuk aset tersebut. 

Baca Juga: Boeing Agrees Deal to Buy Spirit Aero for Over $4 Billion

Tak hanya itu, Spirit juga berencana menjual unit operasi di Prestwick, Skotlandia dan Subang, Malaysia. Namun, Airbus masih belum memutuskan apakah akan mengambil unit operasi ini.  

Editor: Avanty Nurdiana