Boeing Larang Terbang Semua Pesawat 737 MAX 8



KONTAN.CO.ID - DW. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan rencana larangan terbang bagi seluruh pesawat Boeing 737 MAX 8. "Kami akan menerbitkan perintah larangan darurat bagi penerbangan Boeing 737 MAX 8 dan 737 MAX 9,” jelas Trump kepada awak media di Gedung Putih

Sebelumya, Kanada juga telah bergabung dengan negara-negara yang melarang terbang Boeing 737 MAX 8 di wilayah udara negaranya. Menteri Perhubungan Kanada, Marc Gameau mengatakan adanya "pola yang sama” pada peristiwa jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines dan Lion Air.

Sebanyak 18 warga Kanada menjadi korban jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines, pada Senin (11/3) lalu. Angka ini terbanyak kedua setelah korban jiwa dari Kenya.


Boeing kini tengah bergulat menghadapi permasalahan dengan pesawat berpenjualan terbaik mereka. Kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines pada Senin lalu menewaskan 157 orang. Rabu malam (13/3), AS sampaikan keputusan pelarangan tersebut hanya bersifat sementara.

Boeing di bawah tekanan

Produsen raksasa kedirgantaraan ini kini menghadapi tekanan yang makin besar untuk menyelesaikan persoalan keamanan dari pesawat 737 MAX 8 setelah proses regulasi dari Uni Eropa dan Cina yang melarang semua penerbangan jenis pesawat ini.

Keputusan para regulator ini juga didasari oleh peristiwa serupa yang menimpa pesawat Lion Air di Laut Jawa, Oktober 2018 yang juga berjenis Boeing 737 MAX. Tragedi tersebut berlangsung hanya beberapa saat setelah pesawat tinggal landas, penyebabnya adalah fitur anti-stall di ruang kontrol pesawat.

Namun banyak ahli pesawat terbang mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab pasti kecelakaan. Para investigator masih harus menerjemahkan percakapan dari kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines untuk mengetahui kejadian sebenarnya selama penerbangan singkat itu.

Germout Freitag, juru bicara Germany´s Federal Bureau of Aircraft Accident Investigation mengatakan telah menolak permintaan untuk menginvestigasi kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines karena adanya perangkat lunak penting yang tidak mereka miliki.

Klaim Besar

Boeing tengah menghadapi klaim besar pasca-tragedi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines. Masalah pertama datang dari Norwegian Air yang meminta kompenasasi untuk menutup kerugian serta biaya tambahan akibat diberlakukannya larangan terbang bagi 737 MAX 8.

"Ini sudah cukup jelas bahwa kami tidak akan mau mengeluarkan biaya untuk pesawat baru yang saat ini hanya kami parkir,” kata Bjorn Kjos, CEO Norwegian Air dalam sebuah pesan video. "Kami akan mengirimkan tagihannya kepada produsen pesawat itu,” lanjutnya.

Norwegian Air adalah salah satu maskapai Eropa yang terdampak sangat buruk. Analis dari Bernstein Research, Daniel Roeska mengungkapkan kerugian yang dialami Norwegian Air bisa mencapai 41.000 Euro atau sekitar 661 juta Rupiah per pesawat 737 MAX 8 per harinya. Saat ini ada 18 Boeing 737 MAX yang dimiliki Norwegian Air, sementara sebanyak 92 unit masih dalam pesanan.

"Kami tidak berencana untuk mengubah apapun dari pesanan,” kata Astrid Mannion-Gibson, juru bicara Norwegian Air kepada DW.

Sementara Boeing telah merugi lebih dari 22 juta Euro atau sekitar 354 miliar Rupiah di pasar modal sejak tragedi Senin lalu – para inverstor benar-benar dibuat terkejut dengan kemerosotan angka yang langka ini.

Sejauh ini akibat dari pelarangan terbang 737 MAX hanya berdampak kecil pada penerbangan secara global. "Pesawat 737 MAX hanyalah satu persen dari penerbangan global dan kebanyakan maskapai telah menghitung ulang cara mereka beroperasi agar tidak berdampak besar pada penumpang selama masa larangan ini,” ujar Ian Petchenik, juru bicara Flightradar24 kepada DW.

Pesawat dengan penjualan terbaik

Sejak diluncurkan pertama kali Mei 2017, Boeing 737 MAX telah menjadi pesawat dengan penjualan terbaik dalam sejarah. Tercatat sudah lebih dari 350 unit terjual dan 5000 unit dalam pesanan. Namun, ini bukan pertama kalinya Boeing dilarang terbang.

Pada 2013 Boeing 787 yang juga dikenal dengan nama Dreamliner dilarang terbang selama lebih dari tiga bulan pasca sulutan api dari baterai lithium-ion. Peristiwa itu terjadi di landasan parkir Boeing 787 di Boston. Beberapa hari kemudian, akibat baterai yang terlalu panas maka penerbangan maskapai asal Jepang, Nipon Airways terpaksa mendarat darurat.

Dari hasil investigasi ditemukan kecacatan pada baterai, yang seharusnya ini tidak boleh disertifikasi lembaga penerbangan sipil AS, FAA (Federal Aviation Administration).

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti