JAKARTA. Survey penjualan perumahan di kawasan Jabodebek dan Banten yang dilakukan Indonesia Property Watch (IPW) pada kuartal I/2016 lalu memaparkan hanya wilayah Bogor wilayah satu-satunya yang mengalami kenaikan, yakni sebesar 11,8 persen, khususnya di segmen menengah yang naik mencapai 70,3 persen. Sampai saat ini perkembangan properti di Bogor memang tidak semasif kawasan penyangga lainnya, seperti Serpong atau Bekasi. Hal itu karena akses transportasi dan infrastrukturnya yang masih terus dibenahi. Tapi, kawasan Bogor masih punya potensi besar dengan rencana jaringan jalan Bogor Outer Ring Road (BORR), Bogor Inner Ring Road (BIRR), jalan Poros Tengah Timur (jalur Puncak Dua), dan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).
Dari rencana tiga seksi tahapan pembangunan BORR, dua diantaranya telah rampung. Begitu juga dengan pembangunan infrastruktur kereta ringan (light rail transit/LRT) yang akan sampai ke Bogor. "Nantinya, begitu akses tol sudah dibuka dan pembangunan LRT sudah jadi, sektor properti di kawasan Bogor akan semakin meroket. Potensi Bogor untuk menyusul kawasan lain akan terus meningkat setiap tahunnya. Akan ada momentum itu," kata Keith Steven Muljadi, Presiden Direktur PT Sentul City Tbk., Rabu (25/5/2016). Saat ini pesatnya pertumbuhan Bogor didominasi oleh berkembangnya kawasan-kawasan perumahan. Hal itu tak lain akibat posisinya yang relatif lebih dekat dengan Jakarta. Kedudukan strategis itulah yang dimanfaatkan PT Sentul City Tbk dengan terus mengembangkan Sentul City. perumahan skala kota (township) tersebut dibangun di lahan seluas 3.100 hektar. "Saat ini kami terus mendorong pengembangan kawasan di selatan Jakarta, karena belum banyak digarap, yakni kawasan Sentul ini," ujar Steven. Selain terus membangun residensial, lanjut Steven, pihaknya tengah mengembangkan superblok Centerra seluas 8.8 hektar. Proyek dengan investasi sebesar Rp3 triliun itu dibangun seluas 30 hektar di kawasan central business district (CBD) pertama di Sentul City. Di dalam superblok itu juga sedang dibangun pusat perbelanjaan AEON Mall seluas 450.000 m2 yang direncanakan beroperasi pada 2018. Selain itu juga akan dibangun 4 tower apartemen (Saffron Residential), perkantoran, dan hotel bintang 5 berkapasitas 400 kamar. Adapun untuk apartemen saat ini tengah dipasarkan tower pertama, yakni Saffron Noble sebanyak 728 unit. Harga jualnya antara Rp 600 juta hingga Rp 800 juta per unit. Serah terima unit apartemen ini rencananya dilakukan pada 2019 mendatang. Ruang baru Saat ini harga lahan di kawasan perumahan Sentul City berkisar Rp7 juta hingga Rp 13 juta per meter persegi. Sementara untuk lahan komersial menyentuh angka Rp15 juta hingga Rp20 juta per meter persegi. Sedangkan harga properti Sentul City terendah Rp 900 juta dan tertinggi Rp 20 miliar. "Karena harga lahan masih relatif lebih rendah, apresiasi harga properti di sini akan lebih tinggi di tahun-tahun mendatang karena didukung dengan adanya akselerasi pembangunan infrastruktur dan perkembangan fasilitas lainnya," kata Steven. Steven optimistis permintaan properti di Sentul City akan terus meningkat. Hal itu seiring semakin semakin padatnya Jakarta sehinggga dibutuhkan ruang-ruang hidup baru yang lebih segar.
"Tapi, pusat pertumbuhan baru ini harus dibuat serendah mungkin tingkat ketergantungannya dengan Jakarta agar beban Jakarta tidak semakin berat,"ujarnya. Untuk mendukung itu, pihaknya menyiapkan 60 sampai 70 persen ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan tersebut. Sentul City juga terus melakukan pembangunan infrastruktur yang tidak hanya mencakup jalan utama kawasan, melainkan juga jalan lingkungan, instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, lampu penerang jalan umum (PJU), dan lain-lain. ”Untuk membangun kawasan mandiri yang infrastrukturnya belum mapan memang butuh investasi lebih besar. Untuk membangun infrastruktur di Sentul City ini investasinya minimum Rp25 triliun, tetapi tentunya dalam jangka panjang," kata Steven. (Penulis: Latief) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan