JAKARTA. Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menduga, kampanye negatif LSM asing yang memicu pemboikotan produk sawit selama ini karena persaingan dagang di pasar minyak nabati dunia.“Alasan lingkungan itu sah saja, tetapi LSM itu dimanfaatkan oleh industri vegetable lain yang terdesak oleh sawit. Dalam 20 tahun terakhir sawit mendominasi pasar minyak nabati dunia,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan. Fadhil menyatakan, saat ini sawit sudah menguasai 33% pasar minyak nabati dunia. Prosentase tersebut membengkak dari tahun 1990 yang hanya mencuil porsi 5%-10%. Ia menduga, melonjaknya penguasaan pasar tersebut membikin produsen sumber minyak nabati yang terbuat dari kedelai, rapeseed dan bunga matahari geram. Sejumlah negara yang dituding Fadhil 'cemburu' dengan minyak sawit adalah AS dan Eropa yang tak bisa membiakkan sawit karena iklimnya yang subtropis. Sawit memang tanaman yang sangat kompetitif. Dari sisi produktivitas, sawit mampu memproduksi 4 ton per hektare, sedangkan kedelai hanya 0,4 ton per hektare. Dari sisi ongkos produksi, minyak sawit pun tergolong minim. Sawit hanya membutuhkan US$ 400 per hakter sedangkan kedelai US$ 600-700 per hektar. Itu sebabnya, tegas Fadhil, negara-negara itu membonceng LSM internasional untuk melakukan desakan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Boikot Sawit Akibat Minyak Nabati Lain Kalah Saing?
JAKARTA. Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menduga, kampanye negatif LSM asing yang memicu pemboikotan produk sawit selama ini karena persaingan dagang di pasar minyak nabati dunia.“Alasan lingkungan itu sah saja, tetapi LSM itu dimanfaatkan oleh industri vegetable lain yang terdesak oleh sawit. Dalam 20 tahun terakhir sawit mendominasi pasar minyak nabati dunia,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan. Fadhil menyatakan, saat ini sawit sudah menguasai 33% pasar minyak nabati dunia. Prosentase tersebut membengkak dari tahun 1990 yang hanya mencuil porsi 5%-10%. Ia menduga, melonjaknya penguasaan pasar tersebut membikin produsen sumber minyak nabati yang terbuat dari kedelai, rapeseed dan bunga matahari geram. Sejumlah negara yang dituding Fadhil 'cemburu' dengan minyak sawit adalah AS dan Eropa yang tak bisa membiakkan sawit karena iklimnya yang subtropis. Sawit memang tanaman yang sangat kompetitif. Dari sisi produktivitas, sawit mampu memproduksi 4 ton per hektare, sedangkan kedelai hanya 0,4 ton per hektare. Dari sisi ongkos produksi, minyak sawit pun tergolong minim. Sawit hanya membutuhkan US$ 400 per hakter sedangkan kedelai US$ 600-700 per hektar. Itu sebabnya, tegas Fadhil, negara-negara itu membonceng LSM internasional untuk melakukan desakan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News