BOJ tetapkan target inflasi 2%



TOKYO. Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) menetapkan target inflasi 2% dan berkomitmen melakukan kebijakan operasi pasar terbuka untuk mengakhiri dua dekade deflasi. Untuk itu BOJ akan membeli sekitar ¥ 13 triliun atau US$ 145 miliar aset surat berharga tiap bulannya.

Pembelian aset dimulai pada Januari 2014, termasuk diantaranya pembelian obligasi pemerintah senilai ¥ 2 triliun dan ¥ 10 triliun surat utang Amerika Serikat (AS) atau treasury bills. Sisanya sebesar ¥ 1 triliun akan dipakai untuk membeli utang swasta untuk menjaga keseimbangan kepemilikan BOJ.

"BOJ akan mengejar pelonggaran moneter yang kuat dan mempertahankan suku bunga rendah hampir nol persen termasuk pembelian aset keuangan selama diperlukan," BOJ dalam pernyataannya bersama Pemerintah Jepang, Selasa (22/1).


Sulit dicapai

BOJ sebelumnya telah berjanji memompa ekonomi Jepang senilai ¥ 101 triliun atau US$ 1,1 triliun melalui pembelian aset keuangan dan pinjaman program sampai akhir tahun ini. Hanya saja BOJ belum membuat komitmen mengenai langkah yang akan dilakukannya pada 2014.

Masaaki Kanno, Kepala Ekonom JPMorgan Securities Japan Co, mengatakan, target 2% inflasi akan sulit dicapai dalam waktu dekat, sehingga BOJ akan terus mendorong pelonggaran kebijakan untuk waktu yang cukup lama. "BOJ bergerak ke wilayah baru," katanya.

Dalam pernyataannya, BOJ yakin, dengan berbagai langkah yang dilakukan maka pada tahun fiskal yang dimulai April 2014, akan ada kenaikan harga konsumen sebesar 0,9%. Setelah pengumuman, imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah Jepang turun 0,145%, terendah sejak Juni 2003. Sementara yen melemah 0,3% menjadi ¥ 89,33 per US$.

Pelonggaran kebijakan moneter BOJ seiring dengan upaya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi sehingga keluar dari resesi. Caranya dengan menurunkan nilai tukar yen dan mengatasi deflasi. Sebelum ada tekanan dari Abe, BOJ mentargetkan tingkat inflasi sebesar 1%.

Intervensi yang besar dari Pemerintah Jepang dikhawatirkan bakal menurunkan independensi bank sentral di tengah pemilihan Gubernur Bank Sentral Jepang menggantikan Masaaki Shirakawa pada April 2013. Bank Sentral Eropa bahkan memperingatkan adanya politisasi nilai tukar yen melihat tingginya campur tangan pemerintah dalam kebijakan moneter.

Credit Suisse Group AG mengatakan, pelemahan yen akan membuat ekspor otomotif dan elektronik Jepang lebih kompetitif, sehingga akan bersaing ketat dengan produsen asal Korea Selatan.

Editor: Uji Agung Santosa