JAKARTA. Aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi dan saham belum mampu mendorong rupiah untuk menguat secara signifikan terhadap dollar AS. Euforia pemberian quantitative easing tahap ketiga (QE3) dari The Federal Reserve (The Fed) belum cukup memberi tenaga bagi valuta Garuda. Dollar AS masih terlalu kuat, karena investor kembali mengkhawatirkan perekonomian Yunani. Negara itu kemungkinan belum sanggup memenuhi segala persyaratan bailout. Pasar finansial masih menunggu kelanjutan episode masalah krisis utang di Eropa ini. Di saat yang sama, kebutuhan dollar AS di dalam negeri juga masih tinggi. Di saat pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai menipis, tentu Pertamina harus menambah stok dengan melakukan impor. Itu akan menekan rupiah.
Bom waktu bagi rupiah
JAKARTA. Aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi dan saham belum mampu mendorong rupiah untuk menguat secara signifikan terhadap dollar AS. Euforia pemberian quantitative easing tahap ketiga (QE3) dari The Federal Reserve (The Fed) belum cukup memberi tenaga bagi valuta Garuda. Dollar AS masih terlalu kuat, karena investor kembali mengkhawatirkan perekonomian Yunani. Negara itu kemungkinan belum sanggup memenuhi segala persyaratan bailout. Pasar finansial masih menunggu kelanjutan episode masalah krisis utang di Eropa ini. Di saat yang sama, kebutuhan dollar AS di dalam negeri juga masih tinggi. Di saat pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai menipis, tentu Pertamina harus menambah stok dengan melakukan impor. Itu akan menekan rupiah.