Boni Hargens: JK sudah tua, mau apa lagi?



JAKARTA. Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo atau Jokowi, diingatkan harus pintar-pintar memilih pasangan calon wakil presiden setelah dua nama muncul sebagai kandidat terkuat.

Kedua nama itu adalah Jusuf Kalla (JK) dan Abraham Samad yang terlontar dari isyarat yang diberikan oleh Jokowi.

"Jika Jokowi memilih JK, nantinya yang dominan itu justru JK dibanding Jokowi dalam mengelola pemerintahan," kata Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens, Minggu (11/5/2014).


Menurutnya, sosok JK yang identik sebagai pengusaha bisa merusak aura politik dari Jokowi yang selama ini bersih.

"Saya tidak setuju karena alasannya ada kemungkinan terjadi tumpang tindih pimpinan. JK itu nantinya sulit memisahkan diri bagaimana mengelola kepentingan rakyat dengan bisnis keluarga. Lagipula (JK) sudah tua, 72 tahun, mau apa lagi," tegasnya.

Sebelumnya, peneliti dari ITB Abdulrachim dan aktivis Gerakan Indonesia Bersih Adhie Massardi serta peneliti Yayasan Indonesia Baru Fathor Rasi MA, mengingatkan Megawati Soekarnoputri dan Jokowi agar tidak memakai JK sebagai cawapres Jokowi.

Alasannya, karena ada dugaan KKN Kalla grup, Bukaka grup dan Bosowa grup selama menjabat Wakil Presiden periode 2004-2009 di era Presiden SBY.

Mereka menyatakan berbagai kelompok masyarakat pro-Jokowi akan melaporkan ke KPK soal dugaan KKN grup JK itu, kalau Jokowi berduet dengan JK.

Dalam catatan kajian Abdulrachim dan Adhie Massardi, ada dugaan kuat bahwa Kalla grup, Bukaka grup dan Bosowa grup yang semuanya merupakan bisnis keluarga Jusuf Kalla, mendapatkan banyak sekali proyek besar pada waktu JK menjabat sebagai Wakil Presiden 2004-2009.

Proyek-proyek itu antara lain pembangunan PLTA di Sulawesi Selatan. Bukaka mendapat order pembangunan PLTA di Ussu Kabupaten Luwu Timur berkapasitas 620 MW senilai Rp 1,44 triliun. Bukaka juga membangun PLTA dengan tiga turbin di Sungai Poso, Sulawesi Tengah, yang akan berkapasitas total 780 MW. (Danang Setiaji Prabowo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan