KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Reksadana saham berbasis dolar Amerika Serikat (AS) dipandang memiliki prospek kinerja menarik di tahun 2024. Perekonomian negeri paman sam yang membaik akan berdampak positif untuk reksadana saham global berdenominasi dolar AS. Menurut Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto, prospek kinerja reksadana saham berbasis dolar AS tahun ini bernasib baik. Optimisme itu seiring adanya potensi penurunan suku bunga acuan Amerika di tahun ini. Rudiyanto melihat bahwa kondisi suku bunga merupakan pembeda bagi pasar di tahun 2023 dan tahun 2024. Tahun lalu, tren suku bunga acuan masih terjadi akibat tingkat inflasi Amerika yang tidak sesuai harapan. Sementara, tahun ini mulai terlihat adanya tanda-tanda penurunan suku bunga acuan.
Baca Juga: Peluncuran Reksadana Manulife Saham Syariah ESG Transisi Global Dolar AS Penurunan suku bunga acuan AS yang diperkirakan akan terjadi di akhir tahun 2024 dinilai akan menjadi sentimen positif bagi reksadana berbasis dolar AS, baik yang berinvestasi di Indonesia ataupun reksadana dolar yang berinvestasi di pasar global. “Dengan sentimen market yang diprediksi terjadi tahun ini, maka diharapkan kinerja reksadana global akan bagus di tahun 2024,” ucap Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3). Rudiyanto menjelaskan, pemangkasan suku bunga acuan berkorelasi positif bagi pergerakan harga saham khususnya saham sektor teknologi, sehingga bagus untuk reksadana saham dolar AS. Namun, sentimen booming terhadap saham Artificial Intelegence (AI) saat ini juga tetap diantisipasi untuk melihat apakah kenaikan bakal terus berlanjut atau tidak. Baca Juga: Reksadana Berbasis ESG Jadi Arah Investasi di Masa Depan “Cukup sulit untuk tahu sampai kapan sentimen saham terkait AI ini bisa terus berlanjut dan sudah pasti akan ada volatilitas. Sentimen AI bisa lebih berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham luar negeri,” tuturnya. Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi sependapat bahwa seharusnya kinerja reksadana saham berdenominasi dolar AS masih bisa memberikan pengembalian positif di tahun 2024. Meski besaran return kemungkinan tidak akan sebesar tahun lalu karena ekonomi AS diprediksi bakal melambat tahun ini. Pelaku pasar juga perlu mewaspadai risiko tertundanya penurunan suku bunga, risiko penurunan ekonomi terlalu dalam, dan juga risiko Pilpres Amerika tahun 2024.