JAKARTA. PT Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk (BORN) berupaya memangkas beban utangnya. Mulai tahun ini, BORN membayar sejumlah kewajiban, termasuk cicilan utang dari Standard Chartered Bank. Nilai total utang yang harus dibayar pada tahun ini mencapai US$ 120 juta. "Sebesar US$ 70 juta utang kepada SCB (Standard Chartered Bank) dan US$ 50 juta merupakan utang
leasing," ujar Eva Novita Tarigan, Direktur Keuangan BORN, akhir pekan lalu. Perseroan ini akan menutupi kebutuhan pendanaan tersebut dari kas internal. Saat ini BORN memiliki
free cash flow US$ 217 juta.
Seperti diketahui, perseroan ini menarik pinjaman dari Standard Chartered (Stanchart) senilai US$ 1 miliar untuk mengakuisisi saham Bumi Plc. Pinjaman itu bertenor lima tahun dengan bunga 5,6% plus LIBOR. Di tahun ini, BORN harus membayar cicilan senilai US$ 70 juta. Cicilan yang harus dilunasi di 2013 dan 2014 masing-masing US$ 143 juta dan US$ 157 juta. Sedangkan di 2015 dan 2016, perseroan harus membayar cicilan masing-masing senilai US$ 160 juta dan US$ 529 juta. Manajemen BORN menyepakati struktur jatuh tempo itu menyesuaikan target kinerja perseroan. Eva berharap, kas internal akan makin gemuk dalam lima tahun mendatang seiring meningkatnya produksi dan penjualan batubara BORN. Percepat pembayaran Peningkatan produksi itu ditopang bertambahnya kapasitas produksi. Perusahaan yang dikendalikan pengusaha Samin Tan itu, menargetkan bisa memproduksi batubara sebanyak 4,6 juta ton sepanjang 2012. Adapun total kapasitas produksinya mencapai 5,5 juta ton. Kendati pengelola BORN optimistis bisa membayar cicilan utang dengan memakai kas internal, opsi percepatan pembayaran sebagian utang tetap terbuka. Direktur Utama BORN, Alexander Ramlie, mengungkapkan, penerbitan obligasi dollar AS merupakan salah satu opsi sumber pendanaan untuk mempercepat pelunasan utang ke konsorsium yang dipimpin oleh Stanchart. Namun tak semua utang akan dilunasi melalui penerbitan obligasi dollar AS. Menurut Alexander, nilai emisi
global bond sekitar US$ 500 juta. "Kami akan terbitkan akhir tahun atau awal tahun 2013," kata dia.
Percepatan pembayaran utang bukan hanya untuk menekan bunga utang, tetapi memberikan fleksibilitas atas struktur utangnya. "Banyak hal-hal mengikat (yang menjadi syarat) dari pinjaman Stanchart," ujar Alexander. Tapi dia enggan menyebutkan persyaratan yang mengikat tadi. Dengan memangkas kewajiban lebih awal, manajemen ingin menjalankan bisnisnya lebih leluasa. Harga BORN, Jumat (1/6) lalu, menurun 3,08% menjadi Rp 630 per saham Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie