Bos Barito (BREN) Buka Suara Soal Lonjakan Harga Saham Hingga Jadi Top Market Cap



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Direktur PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Hendra Soetjipto Tan buka suara tentang lonjakan harga saham hingga menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga perdagangan pekan lalu, Rabu (8/5), BREN berada di puncak top market cap dengan nilai Rp 1.291 triliun.

Capaian itu tak lepas dari harga saham BREN yang sudah terbang lebih dari 1.000% sejak melantai di BEI pada 9 Oktober 2023 lalu. Dengan posisi harga pekan lalu di level Rp 9.650 per saham, maka BREN telah mengalami lonjakan hingga 1.137,17% dari harga saat penawaran umum (IPO) sebesar Rp 780 per saham.

Hendra menegaskan bahwa pihaknya tidak dalam posisi mengomentari naik atau turun harga saham yang ditentukan oleh mekanisme pasar. Meski begitu, Hendra menyoroti dua faktor yang kemungkinan membuat saham BREN diminati oleh para investor.


Baca Juga: Sempat Menguat di Atas Rp 10.000, Saham BREN Ditutup Melemah pada Rabu (8/5)

Pertama, industri energi baru dan terbarukan (EBT) sedang menjadi primadona di kalangan investor. Tapi sejauh ini belum banyak perusahaan yang fokus di bisnis EBT yang sahamnya sudah diperdagangkan di BEI.

"Kembali ke supply and demand, karena supply sedikit dan peminat banyak, mungkin itu bisa menjelaskan kenapa pergerakan saham (BREN) seperti yang kita amati dalam beberapa bulan ini," kata Hendra dalam paparan publik insidentil yang digelar secara virtual, Senin (13/5). 

Kedua, kepercayaan investor terhadap prospek kinerja BREN. Hendra menyatakan dalam empat tahun terakhir ini BREN mencetak kinerja keuangan yang solid dan terus tumbuh. Dari tahun 2020-2023 BREN mengalami pertumbuhan pendapatan sebesar 4,5% secara tahunan dan pertumbuhan laba bersih 18,7%.

Baca Juga: Berkat Akuisisi Aset Shell di Singapura, Kinerja Chandra Asri (TPIA) Bakal Terkerek

Secara operasional, BREN memiliki sederet portofolio pembangkit listrik berbasis EBT. Dari segmen panas bumi (geothermal), BREN mengoperasikan 886 megawatt (MW). BREN sedang dalam proses menambah kapasitas aset sebanyak 116 MW dan akan berlanjut dengan pengembangan area baru 1.000 MW. Sehingga total potensi kapasitas geothermal BREN bisa mencapai 2.002 MW.

Setelah menyelesaikan proses akuisisi, di segmen listrik tenaga angin, BREN saat ini mengoperasikan 78 MW dan memiliki pengembangan area baru dengan potensi 318 MW. Sehingga total potensi listrik tenaga angin BREN akan mencapai 396 MW.

Di luar itu, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) milik konglomerat Prajogo Pangestu ini akan terus mencari peluang akuisisi. Aset yang diincar baik yang berlokasi di Indonesia maupun peluang akuisisi aset EBT di luar negeri.

"Jadi mungkin karena itu ekspektasi dari investor yang yakin dengan kemampuan manajemen bahwa pertumbuhan bisnis akan terus meningkat. Sehingga itu alasan yang mungkin bisa menjelaskan mengapa pergerakan saham (BREN) begitu aktif dan harga sahamnya terus mengalami kenaikan," tandas Hendra.

Dalam pergerakan harga saham aktual menjelang penutupan pasar hari ini (13/5), BREN mengalami pelemahan 1,55% ke level Rp 9.500 per saham hingga pukul 15:21 WIB. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati