JAKARTA. Jahja Setiadmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) mengakui, untuk mengembangkan usaha bisnis di luar negeri bukanlah perkara yang mudah alias gampang-gampang susah. Selain karena persaingan yang cukup tinggi, regulasi di pasar luar negeri juga ketat. Hal ini sudah dirasakan langsung oleh Jahja saat mendirikan usaha jasa pengiriman atau remitansi di beberapa negara kawasan Asia. Bisnis tersebut tidak selamanya menguntungkan bagi bank milik Grup Djarum ini."Kami pernah rugi mendirikan remitansi di Malaysia dua tahun lalu," katanya, Senin (14/4). Alasannya, karena Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia berpencar-pencar sehingga sulit memutuskan lokasi yang tepat untuk pendirian remitansi. Belum lagi, regulator di Malaysia meminta agar bank harus memiliki internal control, ada direksi orang Malaysia dan keterbatasan lokasi.Meski di Malaysia mengalami kerugian, namun BCA berhasil memperoleh keuntungan dari bisnis remitansi di Hong Kong dan Timur Tengah. Sebab, perkumpulan tenaga kerja Indonesia mudah ditemui dan berkumpul di satu titik. "Di Hong Kong misalnya, tenaga kerja kumpul disatu lokasi, kemudian kami mendirikan remitansi disana, agar mereka bisa melakukan kegiatan keuangan tanpa perlu pergi jauh-jauh dari tempat kumpul mereka," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bos BCA: Bisnis di LN itu gampang-gampang susah
JAKARTA. Jahja Setiadmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) mengakui, untuk mengembangkan usaha bisnis di luar negeri bukanlah perkara yang mudah alias gampang-gampang susah. Selain karena persaingan yang cukup tinggi, regulasi di pasar luar negeri juga ketat. Hal ini sudah dirasakan langsung oleh Jahja saat mendirikan usaha jasa pengiriman atau remitansi di beberapa negara kawasan Asia. Bisnis tersebut tidak selamanya menguntungkan bagi bank milik Grup Djarum ini."Kami pernah rugi mendirikan remitansi di Malaysia dua tahun lalu," katanya, Senin (14/4). Alasannya, karena Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia berpencar-pencar sehingga sulit memutuskan lokasi yang tepat untuk pendirian remitansi. Belum lagi, regulator di Malaysia meminta agar bank harus memiliki internal control, ada direksi orang Malaysia dan keterbatasan lokasi.Meski di Malaysia mengalami kerugian, namun BCA berhasil memperoleh keuntungan dari bisnis remitansi di Hong Kong dan Timur Tengah. Sebab, perkumpulan tenaga kerja Indonesia mudah ditemui dan berkumpul di satu titik. "Di Hong Kong misalnya, tenaga kerja kumpul disatu lokasi, kemudian kami mendirikan remitansi disana, agar mereka bisa melakukan kegiatan keuangan tanpa perlu pergi jauh-jauh dari tempat kumpul mereka," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News