Bos BI: Peningkatan GWM Tak Akan Menyedot Likuiditas Perbankan Secara Signifikan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan memulai normalisasi kebijakan likuiditas yang dilakukan dengan peningkatan giro wajib minimum (GWM) baik bank umum konvensional maupun syariah. 

Dengan adanya kebijakan ini, Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui akan mengurangi likuiditas di perbankan. Namun, dia mengimbau perbankan tetap tak ragu menyalurkan kredit dan berpartisipasi dalam pemulihan ekonomi. 

“Kami berharap perbankan mulai menyesuaikan dengan manajemen likuiditas dan tetap menyalurkan kredit dan berpartisipasi dalam pembelian SBN untuk pembayaran APBN,” tutur Perry dalam konferensi pers KSSK, Rabu (2/2). 


Baca Juga: Surplus Operasional Bank Indonesia 2021 Menyusut

Perry juga memastikan, meski likuiditas perbankan berkurang, likuiditas masih akan sangat besar bahkan bila dibandingkan dengan periode pra Covid-19. Dia mengilustrasikan, ini terlihat dari alat likuid terhadap dana pihak ketiga atau AL/DPK yang saat ini sebesar 35%. Sedangkan AL/DPK terbesar pada sebelum Covid-19 mentok di 21%. 

Dengan adanya peningkatan GWM, Perry memperkirakan AL/DPK perbankan di akhir 2022 akan sebesar 30%. Meski memang lebih rendah dari posisi akhir 2021, tetapi ini masih jauh lebih tinggi dari pra Covid-19. 

Baca Juga: Gubernur BI Yakin Investasi Akan Dorong Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Dengan likuiditas yang masih jumbo, Perry berharap perbankan tetap menyalurkan kredit dan membantu pembiayaan APBN agar proses pemulihan ekonomi berjalan lebih maksimal. 

“Jadi ini sekali lagi mengapa kenaikan GWM tidak akan membuat likuiditas berkurang banget. Bahkan, kembali ke normal aja enggak karena AL/DPK masih berlebih,” tandasnya. 

Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Diperkirakan Terus Berlanjut di Tahun 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati