KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menganalisa arah tren industri perbankan di Indonesia. Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan terdapat enam faktor utama yang akan memengaruhi tren perbankan ke depannya.
Pertama, bonus demografi penduduk yang didukung oleh penduduk usia produktif akan meningkat hingga mencapai 64% pada 2030.
Kedua, perubahan perilaku nasabah yang perlu diperhatikan oleh perbankan. Sebab, transaksi pembayaran secara digital telah meningkat 30% saat ini. Sedangkan transaksi pembayaran menggunakan dana tunai alias
cash telah merosot 10%.
Ketiga, implementasi
environmental and governance (ESG) telah membuat investor semakin memperhatikan prinsip keberlanjutan. Sunarso menyatakan hal ini akan mempengaruhi tata kelola dan bisnis perbankan.
Baca Juga: Kekayaan Bos Bank BRI (BBRI) Setelah Memborong Saham dari Pasar Faktor
keempat, low interest rate environment akan masih berlanjut. Sunarso melihat tren penurunan
credit yield berdampak pada
net interest margin (NIM) bank akan semakin tertekan. “Pada 2010, NIM bank di sekitar 10% dan di 2022 sekitar 6%. Saya yakin ini akan terus menekan kita. Karena kecenderungan inflasi direspon dengan kenaikan suku bunga. Sedangkan perbankan tidak serta merta menaikkan suku bunga kredit. Karena kalau dinaikkan nanti ada ancaman
non performing loan (NPL),” ujar Sunarso secara virtual pada Selasa (17/1).
Kelima, utilisasi data dan teknologi terutama penggunaan data
analytic yang digunakan untuk mempercepat proses bisnis
credit underwriting dan
marketing. Ia mencontohkan, bila dulu pemberian kredit yang dilakukan BRI secara manual membutuhkan waktu dua minggu. ”Lalu dilakukan digitalisasi dengan BRISPOT maka semuanya berkas dan keputusan submit melalui aplikasi. Targetnya untuk mempercepat proses kredit mikro dari dua pekan menjadi dua hari. Sekarang rata-rata sekitar dua hari. Itu makanya percepatan proses bisnis akan mempercepat produktivitas,” papar Sunarso.
Dengan ini, ia mengaku BRI bisa membooking kredit mikro Rp 1 triliun dalam sehari karena menggunakan platform digital.
Keenam, kompetisi dengan fintech membuat kompetisi semakin ketat dengan pemain non bank. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari