Bos BRI Sebut Bunga Murah Bukan Faktor Utama Pendorong Pertumbuhan Kredit UMKM



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyebutkan suku bunga kredit murah bukan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi pertumbuhan kredit di segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal itu ditemukan berdasarkan riset yang dilakukan perseroan. 

Sunarso Direktur Utama BRI mengatakan, orang lain boleh tidak setuju dengan hasil riset tersebut. Namun, BRI menyakini bahwa bunga kredit murah bukan faktor dominan dalam mendorong pertumbuhan kredit. 

Namun, berdasarkan riset tersebut, faktor utama yang paling berperan dalam mendorong pertumbuhan kredit adalah pertumbuhan ekonomi, likuiditas perekonomian dan daya beli masyarakat. 


"Jadi dalam model kredit menurut segmen, variabel yang paling sensitif dalam mempengaruhi permintaan kredit adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Tapi ini berlaku untuk segmen UMKM, untuk segmen korporasi beda lain," kata Sunarso dalam BRI Microfinance Outlook, Kamis (26/1).

Baca Juga: Genjot Kredit, Bank Jago Incar Pelaku UMKM Digital

Untuk mendorong pertumbuhan kredit, pemerintah dan regulator perbankan dinilai sudah melakukan kebijakan yang tepat. Bank Indonesia (BI) misalnya menjaga likuiditas yang cukup dalam perekonomian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merelaksasi restrukturisasi kredit untuk sektor tertentu, sedangkan pemerintah menjaga daya beli masyarakat level bawa akibat tingginya inflasi lewat bansos dan dana desa serta memberi stimulus fiskal bagi pelaku UMKM.

Namun, Sunarso bilang BRI akan mengikuti jika pemerintah memiliki kebijakan untuk memurahkan bunga kredit kalau memang sumber dana bisa dimurahkan. Di sisi lain, BRI juga bisa menekan biaya overhead melalui proses kredit secara digital.

BRI dorong porsi kredit UMKM jadi 85%

BRI berkomitmen untuk terus mendukung sektor UMKM, terutama sektor mikro di tengah ketidakpastian ekonomi global. Pasalnya, segmen inilah yang jadi penopang agar ekonomi Indonesia lolos dari jurang resesi.

Sunarso mengungkapkan, BRI merupakan kontributor utama dalam pembiayaan UMKM di Indonesia. Saat ini, porsi kredit UMKM terhadap total pembiayaan perbankan di Tanah Air baru mencapai 21%, sedangkan pemerintah menargetkan tahun 2024 sudah harus mencapai 30%.

"Dari 21% itu, BRI paling berkontribusi. Kami menyumbang 67% lebih terhadap pembiayaan UMKM nasional. Portofolio kredit UMKM BRI saat ini sudah mencapai 84% dan pada tahun 2025 akan kami tingkatkan menjadi 85%," imbuhnya.

Ia menyakinkan bahwa segmen UMKM akan tumbuh dan berkembang tahun ini. Apalagi berdasarkan riset BRI, tahun Pemilu cenderung memberi dampak positif terhadap omset pelaku UMKM, terutama satu tahun sebelum Pemilu. 

Berdasarkan data Bloomberg, lanjut Sunarso, peluang terjadinya resesi global semakin meningkat. Namun, peluang resesi di Indonesia sangat rendah yakni hanya 3%. Tekanan inflasi, tensi geopolitik dan kebijakan pengetatan likuiditas global menjadi  faktor pendorong terjadinya resesi global.

Ia bilang, peluang resesi di Indonesia rendah karena ekonomi Indonesia dikonsolidasikan dengan sangat solid. Indonesia mempunyai tingkat resiliensi yang tinggi karena didukung oleh kuatnya konsumsi dalam negeri dan optimisme pada pelaku usaha UMKM yang tercermin dalam BRI Mikro and SME Index.

"Pada kuartal IV, berdasarkan riset tersebut terjadi kenaikan bisnis UMKM di semua sektor yang disebabkan kinerja perekonomian yang semakin membaik dan diikuti daya beli masyarakat yang semakin tinggi," kata Sunarso.

Baca Juga: Perbankan Bakal Genjot Pendapatan Non Bunga

BRI Mikro and SME Index yang dirilis secara kuartalan menunjukkan bahwa aktivitas UMKM pada kuartal IV 2022 meningkat dengan indeks 105,9 dari 103,2% pada kuartal III.

Indeks ekspektasi UMKM tiga bulan mendatang juga meningkat dari 126.5 pada kuartal III menjadi 130,1. Sedangkan indeks kepercayaan pelaku UMKM ke pemerintah naik dari 127,2% menjadi 138,3%.

Oleh karena itu, Sunarso memandang sangat masuk akal jika lembaga internasional menyebutkan bahwa potensi resesi di Indonesia hanya 3%. Ia menambahkan, peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia sangat besar. Segmen ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja. 

"Cara terbaik dari pemerintah untuk menyejahterakan rakyat adalah memberi pekerjaan. Sementara dari riset kami, 97,2% lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi