Bos Hermes Tak Suka Perusahaannya Dibandingkan dengan Saingannya LVMH



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hermès dan LVMH (Louis Vuitton Moët Hennessy) adalah dua nama besar yang mendominasi industri barang mewah global.

Keduanya adalah perusahaan Prancis yang memiliki ikatan keluarga kuat dalam bisnisnya dan sama-sama bersaing memperebutkan pangsa pasar yang sama di sektor barang mewah, terutama dalam hal penjualan tas berkualitas tinggi.

Namun, meskipun berbagi kemiripan, kepala eksekutif Hermès, Axel Dumas, enggan dibandingkan dengan LVMH, terutama setelah upaya LVMH yang gagal untuk mengakuisisi Hermès.

Sejarah Ketegangan Antara Hermès dan LVMH


Hubungan antara Hermès dan LVMH telah lama dibayangi oleh drama yang melibatkan penawaran yang tidak diinginkan, gugatan hukum, dan nasib yang berlawanan di pasar mewah.

Baca Juga: Keturunan Hermes Menjadi Miliarder Berkat Sumbangan Saham

Pada 2010, Bernard Arnault, CEO LVMH, secara diam-diam meningkatkan kepemilikan sahamnya di Hermès hingga 17%. Tindakan ini dipandang sebagai serangan oleh keluarga pendiri Hermès, yang kemudian bersatu untuk melindungi kendali mereka atas perusahaan dan menolak minat LVMH.

Pertikaian ini berlangsung bertahun-tahun sebelum akhirnya Arnault melepaskan sahamnya, membuka jalan bagi Axel Dumas untuk menjadi ketua eksekutif. Meskipun LVMH merupakan kekuatan lama di industri mewah, Hermès berhasil mempertahankan otonominya dan tetap berdiri sebagai entitas independen yang kuat.

Performa Hermès yang Tahan Banting di Tengah Penurunan Industri Mewah

Industri barang mewah telah mengalami tantangan besar setelah pandemi COVID-19. Dengan penurunan pengeluaran konsumen dan ekonomi China yang lamban pulih, banyak rumah mode mewah mengalami penurunan penjualan.

Namun, Hermès berhasil keluar dari tren negatif ini, mencatat pertumbuhan pendapatan tertinggi di sektor mewah selama kuartal kedua 2024, menurut Bank of America.

Baca Juga: Harta Pewaris Brand Fashion Mewah Hermes Lenyap

Meskipun sebagian besar perusahaan mewah menghadapi penurunan, Hermès tetap kuat berkat bisnisnya yang berfokus pada produk-produk klasik dan berkualitas tinggi. Nilai pasar Hermès kini mencapai €228 miliar, sementara LVMH berada di angka €331 miliar.

Para analis bahkan memperkirakan bahwa Hermès akan melampaui LVMH dalam hal kapitalisasi pasar pada 2027, sebuah pencapaian luar biasa mengingat LVMH telah lama menjadi pemimpin di sektor ini.

Strategi Hermès: Fokus pada Kualitas dan Ekspansi di China

Menurut Axel Dumas, salah satu faktor kunci yang membedakan Hermès dari pesaingnya adalah kesetiaan pada produk-produknya. Meskipun lalu lintas di pusat perbelanjaan besar di China mengalami penurunan signifikan, pelanggan di negara tersebut tetap setia pada kualitas, yang memberikan keunggulan bagi Hermès.

Ketika banyak perusahaan lain ragu untuk memperluas di pasar China, Hermès justru merencanakan pembukaan toko baru di kota-kota China setiap tahunnya.

Model bisnis Hermès yang terbukti kokoh memungkinkan perusahaan untuk mengambil risiko yang lebih besar. Merek ini dikenal dengan produk-produknya yang klasik dan tidak terpengaruh oleh tren sementara, menjadikannya salah satu pemimpin dalam pasar barang mewah global.

Menurut HSBC, Hermès saat ini dinilai 45 kali dari perkiraan laba untuk tahun 2024, menunjukkan seberapa besar kepercayaan pasar terhadap merek ini.

Baca Juga: Pecat CEO-nya, Burberry Tunjuk Mantan Bos Coach Menjadi Penggantinya

Persaingan dengan LVMH: Meskipun Berbeda, Tetap Berdekatan

Meskipun Hermès dan LVMH bersaing untuk mendapatkan perhatian konsumen yang sama, Axel Dumas menegaskan bahwa perbandingan dengan LVMH bukanlah tolok ukur bagi Hermès.

Dalam wawancara dengan Financial Times, Dumas menekankan bahwa Hermès dan Louis Vuitton tidak menjual produk yang sama, sehingga "mengalahkan ukuran mereka bukanlah tujuan."

Namun, perbandingan antara kedua perusahaan tetap tak terhindarkan. Keduanya memiliki dampak besar di industri mewah dan berkontribusi pada tren yang lebih luas.

Jika LVMH dikenal dengan diversifikasi luas yang mencakup semua kategori barang mewah, Hermès menonjol dengan fokusnya yang lebih terarah pada produk-produk berkualitas tinggi seperti tas Birkin yang legendaris.

Tantangan Suksesi di Hermès dan LVMH

Salah satu isu yang dihadapi oleh kedua raksasa mewah ini adalah pertanyaan tentang penerus kepemimpinan. Hermès, yang telah berusia hampir 200 tahun, selalu dipimpin oleh keluarga pendirinya sejak didirikan oleh Thierry Hermès.

Baca Juga: Cengkeraman Keluarga Arnault di Kerajaan Bisnis LVMH Semakin Kuat

Axel Dumas, bagian dari generasi keenam keluarga, mengakui bahwa dia sedang memikirkan siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan perusahaan di masa depan.

“Saya tidak ingin seperti pendahulu saya dalam keluarga, yaitu mati di kantor,” kata Dumas. Menurutnya, risiko terbesar adalah jatuh cinta pada apa yang telah dibuat dan kehilangan kemampuan untuk beradaptasi. Pada titik tertentu, diperlukan pandangan baru untuk melanjutkan pertumbuhan perusahaan.

Bernard Arnault di LVMH menghadapi tantangan serupa. Meskipun dia tidak menunjukkan niat untuk pensiun, Arnault mulai mempersiapkan masa depan dengan melibatkan kelima anaknya dalam berbagai posisi di konglomerat tersebut.

“Kita lihat apakah salah satu dari mereka memiliki kapasitas untuk mengambil alih,” ujar Arnault dalam wawancaranya dengan Bloomberg awal tahun ini.

Selanjutnya: Kembangkan Bisnis Apartemen, Anak Usaha INPP Dapat Fasilitas Pinjaman Rp 250 Miliar

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Minyak Goreng Hemat sampai 2 Oktober 2024, Tropical Botol Lebih Murah

Editor: Handoyo .