Bos Mayapada akumulasi saham Sentul City, perlukah investor ritel mengekor?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dato Sri Tahir, pendiri grup Mayapada, diketahui baru saja menyelesaikan transaksi terkait pembelian saham BKSL dengan nilai sebesar Rp 1,17 triliun. Lewat transaksi ini, Tahir memiliki sekitar 6,1% saham BKSL.

Direktur Avere Mitra Investama, Teguh Hidayat bilang bahwa beberapa hal kemungkinan menjadi alasan Tahir mulai melakukan akumulasi pada saham-saham BKSL. Menurut Teguh, hal ini terutama karena Tahir merupakan value investor yang mencoba mengakumulasi saham dengan valuasi yang cukup murah.

Teguh mengatakan bahwa Tahir juga sempat berinvestasi di saham perbankan milik Grup Astra yakni PT Bank Permata Tbk (BNLI). "Ini juga upayanya untuk melakukan diversifikasi," kata Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (25/2). Ia mengatakan kemungkinan Tahir juga berinvestasi di beberapa saham lain yang tak diketahui publik.


Terkait dengan harga belinya di sekitar Rp 300  per saham, menurut Teguh sebenarnya memang masih murah. Bukan berarti bahwa investor ritel yang lain bisa mengikuti jejak Tahir untuk membeli saham properti tersebut.

"Untuk investor seperti beliau, dia memiliki nafas lebih panjang ketimbang investor ritel sehingga tidak masalah untuk disimpan dalam jangka waktu bahkan hingga 5 tahun," kata Teguh. Apalagi, nilai investasi dari Tahir ini hingga triliunan.

Sebagai investor beberapa hal perlu dicermati apalagi untuk mulai akumulasi terhadap saham-saham BKSL. Yang pertama terkait kapitalisasi pasar. Apakah kapitalisasi pasar perusahaan tersebut lebih kecil daripada jumlah aset bersih perusahaan. Jika memang lebih kecil, investor bisa saja melakukan akumulasi.

Faktor lainnya adalah prospek. Sentul memiliki prospek yang cukup menarik apalagi dengan perkembangan properti di wilayah Cikarang dan Cibubur yang lebih dahulu berkembang. Sentul memiliki potensi yang menarik untuk usaha properti. Terkait hal ini, Teguh mengatakan investor juga mesti bersabar karena toh selama beberapa tahun, saham BKSL tak begitu banyak bergerak.

Pertimbangan lain dari investor adalah dengan adanya beberapa sentimen yang berasal dari infrastruktur seperti kemungkinan terhambatnya proyek light rail transit (LRT) yang mencatatkan banyak kecelakaan dan juga isu-isu politik terkait dengan infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati