KONTAN.CO.ID - Bisnis binatu menyedot energi listrik yang besar. Untuk menjalankan satu mesin pengering, misalnya, butuh setrum 2.200 watt. Seiring tarif listrik yang menanjak, biaya operasional usaha
laundry pun bisa membengkak. Innayah Nurlia Roza yang membuka usaha penatu kiloan bersama sang suami pun lantas putar otak untuk menekan biaya listrik yang semakin mahal. Maklum, ketika itu bisnis mereka dengan bendera Waroeng Laundry di Bandung berkembang jadi delapan gerai. Keduanya lalu mengotak-atik mesin pengering. Hasilnya, melahirkan inovasi berupa alat konversi. Dengan alat ini, mesin pengering hanya mengonsumsi listrik 250 watt saja.
Alat yang terpasang pada pemanas di mesin pengering itu mengubah konsumsi listrik ke gas yang harganya lebih murah. Alhasil, mesin pengering bisa menghemat listrik hingga 30%. Melihat peluang bisnis yang besar, Innayah pun menawarkan alat konversi temuannya ke pelaku usaha
laundry kiloan lainnya. “Kami buat alat ini bukan karena latar belakang pendidikan kami yang teknik. Tapi, karena memang kebutuhan ingin menekan bujet dan kami lihat juga saat itu usaha laundry kiloan kami sedang pesat,” kata lulusan Teknik Telekomunikasi Institut Teknologi (IT) Telkom, Bandung, ini. Selain alat konversi mesin pengering, Innayah dan suaminya Kukuh Ginanjar, membuat setrika uap. Dengan menggunakan setrika uap, karyawan Waroeng Laundry bisa menyetrika sampai 80 kilogram (kg) pakaian per hari, dari sebelumnya hanya 40 kg. Jadi, produktivitas bisa meningkat dua kali lipat. “Akhirnya pengusaha laundry bisa efisiensi,” ujar dia. Dengan mengusung brand Bos Pengering, perempuan kelahiran Bandarlampung, 15 Maret 1989, ini kemudian mendirikan usaha yang menyediakan berbagai kebutuhan
laundry termasuk detergen dan pewangi pakaian pada 2014 lalu. Berangkat dari produsen alat konversi mesin pengering dan setrika uap, Bos Pengering menjelma jadi
one stop shopping yang menyediakan peralatan dan perlengkapan laundry. Innayah memilih nama Bos Pengering untuk produknya lantaran sebagai penemu alat konversi mesin pengering, dirinya ingin menguasai pasar mesin pengering. Namun seiring jalannya waktu, Bos Pengering menjadi supermarket
laundry. Sayangnya, Innayah menolak mengungkap penghasilan usahanya. Yang jelas, harga alat konversi mesin pengering Rp 1,8 juta per unit sedang setrika uap Rp 3,9 juta per unit. “Penjualan meningkat 10 kali lipat dibanding tahun pertama usaha,” ujar Innayah yang pernah bergabung di Tim Eqlipes IT Telkom dan menyabet juara dua Microsoft Imagine Cup 2011. Gandeng produsen Sebelum menawarkan alat temuannya, Innayah melakukan uji coba selama satu tahun. Faktor keamanan menjadi pertimbangan utama. “Setelah setahun kami merasa sudah enak dan cocok, barulah berani menjual ke pasaran,” ujarnya. Apalagi, suaminya bergabung di asosiasi pengusaha penatu yang semakin mempermudah pemasaran alat konversi mesin pengering dan setrika uap. Mulai dari situ, Innayah menggarap serius bisnisnya, mulai dengan membangun website dan bengkel kerja serta merekrut karyawan. Kini, pekerja Bos Pengering berjumlah 12 orang. Dari hanya menjual peralatan temuannya, bisnis Innayah mulai merambah ke detergen, pewangi, dan pelembut pakaian. Awalnya, pertengahan 2015, sejumlah produsen menawarkan produknya ke Bos Pengering. Dia pun menyambut tawaran itu. Tapi, ia memberi merek sendiri: Oxi-B. Soalnya, Innayah melihat, usaha
laundry kiloan semakin menjamur di Bandung. “Kami manfaatkan pasar yang ada. Kami harus jadi penopang, penyedia kebutuhannya,” jelas pemilik gelar Executive MBA dari School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) ini. Tak berhenti sampai di situ, Bos Pengering juga menjual mesin pengering dan mesin cuci. Innayah menggandeng sejumlah merek dengan menjadi distributor untuk wilayah Bandung dan Jawa Barat. Sebelum mengajukan proposal, dia melakukan riset kecil-kecilan terlebih dahulu, merek apa saja yang banyak pelaku usaha laundry kiloan gunakan. “Untuk meyakinkan para produsen, kami bilang, bahwa kami sudah ada pasarnya, bisa tidak kami jadi distributor atau kerjasama,” kata Innayah. Saat ini, Bos Pengering jadi distributor mesin pengering Speed Gueen, Midea, Rinnai, Electrolux, UniMac, Diamante. dan Maytag. Bahkan, mereka mengantongi izin untuk melakukan modifikasi dengan memasang alat konversi. Bermula dari toko online, Innayah akhirnya membuka gerai offline pada 2016. Bos Pengering juga menyediakan suku cadang dan perlengkapan laundry lainnya. Contoh, meja setrika, penyedot debu, hanger pakaian, jepitan buaya. Bos Pengering juga menawarkan jasa servis dan perawatan mesin cuci, mesin pengering, alat konversi, juga setrika uap. “Mesin dan alat itu, kan, butuh perawatan rutin dan perbaikan kalau rusak. Ini kami handel juga,” imbuh Innayah. Bikin produk sendiri Kerja keras mengantarkan Innayah keluar sebagai Juara Satu Wirausaha Muda Mandiri 2015 Kategori Industri, Perdagangan dan Jasa Kelompok Alumni dan Pascasarjana. “Ini jadi salah satu yang membanggakan,” tambah Innayah. Kebanggaan lainnya, tentu saja, kian banyak pengusaha laundry kiloan yang menggunakan alat temuannya. Ini berkat,
pertama, ada garansi untuk beberapa produk.
Kedua, menawarkan program reseller untuk produk detergen, pewangi, dan pelembut pakaian. Sebab, ada pelanggan yang punya lebih dari satu gerai laundry kiloan. Kalau mengambil banyak, maka mereka bisa mendapatkan harga lebih murah. “Program ini baru setahun,” ucapnya. Lantaran tidak pernah berutang atau meminjam uang ke bank, ia menuturkan, ekspansi bisnisnya terbilang santai. “Bergeraknya sesuai kemampuan kami saja. Tapi, tetap hati-hati, tenang, sehingga enak dan tenang usahanya,” ujarnya. Ekspansi ke depan pun masih tidak jauh-jauh dari usaha laundry yang padat karya, dengan masuk ke pasar penunjang bisnis itu. Menurut Innayah, begitu usaha penatu semakin meningkat, banyak order yang masuk, maka si pemilik selain menambah mesin juga pekerja.
Ke depan, Innayah berencana memproduksi sendiri detergen, pewangi, dan pelembut pakaian. Saat ini, prosesnya masih awal. “Kami mematangkan dan menguatkan merek Oxi-B dulu, begitu yakin baru kami jual produk buatan sendiri dan dikuatkan dengan program marketing,” tambah Innayah. Dia pun optimistis bisnis penopang usaha penatu semakin cerah. “Bisnis
laundry, kan, prinsipnya, selama orang memakai baju maka usaha ini tidak akan mati,” ujar dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan