KONTAN.CO.ID - Chairman sekaligus CEO Pop Mart International Group, Wang Ning, mengalami penurunan kekayaan yang signifikan dalam empat bulan terakhir. Perlu diketahui, Pop Mart adalah produsen mainan ikonik Labubu yang mendunia berkat model penjualan ala
mystery box. Penurunan kekayaan Wang Ning jelas merupakan akibat dari merosotnya harga saham Pop Mart di Bursa Hong Kong.
Saham perusahaan tercatat anjlok sekitar 40%, kini berada di kisaran HKD200 (Rp 430 ribu) per saham. Mengutip
VnExpress, kekayaan Wang Ning menyusut hingga US$11,3 miliar. Berdasarkan data
Forbes, Wang Ning yang kini berusia 38 tahun memiliki kekayaan bersih sekitar US$16,2 miliar, turun 41% dibandingkan Agustus lalu. Pada periode tersebut, Wang bahkan sempat lebih kaya dibanding Jack Ma, pendiri raksasa
e-commerce Alibaba.
Baca Juga: 15 Orang Terkaya di Asia, Desember 2025: Mukesh Ambani Sampai Prajogo Pangestu Saham Pop Mart Anjlok 40% dalam Empat Bulan
Menurut Jeff Zhang, analis ekuitas Morningstar yang berbasis di Hong Kong, Pop Mart diperkirakan menghadapi tahun yang penuh tantangan. Pertumbuhan pendapatan perusahaan diproyeksikan hanya sekitar 30%, jauh lebih rendah dibandingkan estimasi pertumbuhan 200% pada 2025. Zhang menjelaskan bahwa efek basis tinggi dari tahun ini menjadi salah satu faktor utama perlambatan. Selain itu, permintaan di
Greater China mulai melemah, sementara pertumbuhan di pasar internasional juga melambat.
Baca Juga: Dinasti Hermes: Rahasia Kekayaan Keluarga Terkaya Prancis Harga Labubu Bekas Turun
Di platform jual beli kembali China Dewu, harga transaksi untuk seri terbaru Labubu 4.0 turun sekitar 30%, menjadi rata-rata 115 yuan (Rp 273 ribu) per unit sejak dirilis pada akhir Agustus. Penurunan harga ini dilihat sebagai sinyal berkurangnya antusiasme pasar. Situasi ini juga mencerminkan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap laju pertumbuhan perusahaan ke depan. Sebelum kondisi ini datang, Wang Ning menyatakan optimisme tinggi terhadap kinerja perusahaan. Ia memprediksi Pop Mart dapat dengan mudah mencapai penjualan 30 miliar yuan pada 2025, setelah pendapatan perusahaan melonjak tiga kali lipat secara tahunan menjadi 13,9 miliar yuan pada semester pertama tahun ini.
Baca Juga: Mengenal Daniel Ek, Miliarder Muda di Balik Kesuksesan Spotify Produksi Meningkat, Minat Menurun
Menurut catatan riset
Deutsche Bank, Pop Mart kini memproduksi sekitar 50 juta boneka Labubu per bulan, melonjak drastis dari 10 juta unit sebelumnya di awal tahun. Sayangnya, peningkatan produksi ini juga memicu tanda-tanda fenomena “
fashion fatigue”, di mana konsumen tidak lagi terburu-buru membeli Labubu yang kini lebih mudah didapat. Laporan tersebut mencatat penurunan lalu lintas pengunjung toko, serta minimnya antrean panjang di sebagian besar gerai luar negeri.
Baca Juga: Siapa Jared Isaacman? Miliarder yang Kini Memimpin NASA Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News