Bowo Witjaksono: Tersihir Matah Ati



Selepas hari raya Idul Fitri, Wakil Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) Bowo Witjaksono Suhardjo sudah memastikan diri berangkat ke Solo, Jawa Tengah. Tepatnya, 8 September nanti. Bukan untuk sosialisasi tentang reksadana atau promosi produk reksadana, lo! Lantas?

Bowo rupanya berniat menikmati sendratari Matah Ati, yang bakal digelar di depan istana Mangkunegaran, pada 8–10 September nanti. “Pasti keren sekali!” katanya. Bowo mengaku memang penggemar tarian jawa, terutama dari Surakarta. Dia bahkan pernah berkeinginan jadi penari keraton. Tapi, lantaran syaratnya sulit, dia pun menyerah. “Syaratnya harus bisa berdiri di atas kendi. Nyerahlah!” kenangnya sambil tertawa lepas.

Ketika Atilah Soeryadjaya yang masih keturunan Keraton Mangkunegaran menggagas dan menyutradarai drama tari Matah Ati, Bowo pun langsung bersemangat. “Matah Ati istimewa karena membawa gaya bedaya yang sakral dan tidak boleh ditampilkan di luar keraton,” ujarnya.


Karena itu Bowo tidak bosan-bosan menonton sendratari ini. Padahal, sewaktu dipentaskan di Jakarta, penggemar fotografi dan olahraga bersepeda ini mengaku sudah menonton sampai dua kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari