KONTAN.CO.ID - Harga properti di Hong Kong yang paling mahal di planet ini. Predikat itu sudah melekat selama tujuh tahun berturut-turut. Meski harganya selangit, tidak lantas membuat Anda bisa mendapatkan tempat tinggal yang luas. Dengan uang sebanyak US$ 600.000, Anda hanya memperoleh apartemen seukuran parkir mobil. Tentu, dengan luas yang terbatas, Anda tidak bisa menyimpan banyak barang di rumah, apartemen, atau kantor. Itu sebabnya, banyak bermunculan jasa tempat penyimpanan barang di Hong Kong.
Carl Wu dan Norman Cheung pun tertarik masuk bisnis tersebut tapi dengan model bisnis yang berbeda. Keduanya kemudian membangun usaha rintisan (
start-up) pada 2014 lalu yang menawarkan jasa penyimpanan barang. Namanya: Boxful. Wu dan Cheung lantas menciptakan aplikasi bergerak yang diluncurkan Januari 2015. Platform digital ini memungkinkan pengguna mengelola barang-barang mereka dari perangkat seluler atau komputer. Jadi, Boxful merupakan layanan pemesanan penyimpanan.
Start-up berbasis di Hong Kong ini menyediakan penyimpanan mandiri yang aman dengan tarif terjangkau. Mulai HK$ 29 per bulan untuk kotak dokumen dengan berat maksimal 15 kilogram (kg) hingga HK$ 89 buat kotak pakaian seberat maksimum 25 kg. Harga ini sudah termasuk penjemputan dan pengiriman gratis dari pintu ke pintu. Cheung menyebutnya
valet storage atau penyimpanan
valet. Tidak seperti pesaingnya, Boxful menangani logistik, mulai penjemputan hingga pengiriman, sendiri. Mereka memiliki fasilitas penyimpanan di daerah Selatan Hong Kong. “Kami bisa melakukan ini karena memiliki armada sendiri. Jadi, penghematan biaya kami sangat besar dibanding pebisnis gudang tradisional, lantaran kebanyakan berlokasi di dekat stasiun kereta bawah tanah,” beber Cheung. Selain itu,
start-up ini menggunakan kotak untuk menyimpan barang. Dengan begitu, Boxful bisa menumpuk kotak-kotak itu yang membuat penggunaan ruang gudang lebih efisien. Tak ada ruang penyimpanan yang terbuang. “Semua itu membantu kami mengurangi biaya sewa dan meningkatkan efisiensi gudang. Kami benar-benar melakukan efisiensi di dalam gudang,” kata Cheung ke
TechCrunch. Alhasil, Boxful bisa memberi tarif sewa lebih murah dari para pesaing. Boxful menagih ke pelanggan hanya atas ruang yang mereka gunakan. Sementara di penyedia penyimpanan tradisional, Anda harus menyewa seluruh ruangan sekalipun tidak menggunakan seluruhnya. “Jadi, kalaupun Anda hanya memiliki satu kotak, kami bisa bekerja sama dengan Anda,” ujar Cheung. Ekspansi ke China Setelah mengantongi pendanaan putaran pertama atau Seri A sebesar US$ 6,6 juta pada pertengahan 2015 lalu, Boxful melebarkan sayap bisnisnya ke Taiwan. Sejumlah investor masuk dalam konsorsium ini. Misalnya, Great Eagle, Carlton Holdings, dan Soundwill Holdings. Lalu, Tinghsin Group, Arocrest Capital, Vega Properties. Cheung menyebutkan, saat ini pelanggan Boxful mencapai ribuan pengguna. Sebagian besar adalah pelanggan rumahtangga. Tapi ke depan, Cheung percaya, layanan yang dibekali teknologi teknologi Uber-esque tersebut akan semakin menarik bagi pelaku bisnis, terutama usaha kecil dan menengah (UKM). Dan, Boxful siap menancapkan kuku bisnisnya di China daratan. Mereka baru saja mengantongi pendanaan putaran kedua atau Seri B dari sejumlah investor, yakni Shimao Property Holdings, Nan Fung, dan Arocrest Capital. Nilainya mencapai US$ 18 juta. Kota pertama yang akan jadi tujuan Boxful adalah Shenzhen. Tapi, “Kami akan meluas ke kota-kota China daratan lainnya dan juga kawasan Asia lainnya,” kata Wu kepada
Tech di Asia.
Walau pertumbuhan bisnisnya di Hong Kong sudah mencapai 30 kali lipat sejak pendanaan Seri A, Boxful tak kunjung ekspansi ke China. “Kami menunggu pasar matang dulu. Dan sekarang, kami melihat cukup banyak data yang memberikan kepercayaan kepada Boxful,” ungkap Wu. Di Asia, Boxful harus menghadapi persaingan dari Vault Dragon.
Start-up jasa penyimpanan barang asal Singapura ini juga telah beroperasi di Hong Kong. Dan, harganya kira-kira sama dengan tarif penyimpanan Boxful. Tapi, Boxful tidak gentar. Cheung menyatakan, logistik akan tetap menjadi komponen biaya terbesar dalam bisnis. “Penggerak dan pemimpin pasar pertama akan mendapat keuntungan dari skala ekonomi yang ada,” kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan