KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Garibaldi "Boy" Thohir makin tajir dengan memperkaya portofolio investasinya di pasar saham. Boy Thohir punya lebih dari 10 emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) usai membawa PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (
AADI) jadi perusahaan terbuka. Pasar pun merespons positif. Dalam masa penawaran umum perdana saham alias
Initial Public Offering (IPO), AADI mengalami kelebihan permintaan (
oversubscribed) sebesar 260,14 kali pada penjatahan terpusat. Setelah sahamnya resmi melantai di BEI pada Kamis (5/12), harga AADI melonjak ke posisi Rp 7.975 per saham usai mencapai level
auto rejection atas (ARA) dua hari beruntun. Saat IPO, harga penawaran AADI dibanderol Rp 5.550 per saham.
Melalui IPO, AADI melepas sebanyak 778.689.200 (778,68 juta) saham atau mewakili 10% sahamnya kepada publik. Dus, dari aksi ini AADI mengantongi dana segar senilai Rp 4,32 triliun.
Baca Juga: Sentimen Masih Beragam, Simak Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emiten Properti Sebagai bos dari Grup Adaro, Boy Thohir bersama PT Adaro Strategic Investments berkomitmen untuk tidak melepaskan pengendalian atas AADI, sekurang-kurangnya satu tahun setelah pernyataan pendaftaran sehubungan dengan rencana IPO. Adapun, IPO AADI menjadi bagian dari pemisahan lini usaha batubara thermal pada Adaro Energy Indonesia yang kini telah berganti nama menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (
ADRO). Usai IPO AADI, aksi lanjutan ADRO adalah menyelenggarakan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS).
ADRO telah menetapkan harga penawaran final PUPS AADI sebesar Rp 5.960 per saham. Dengan aksi ini, ADRO akan melepas kepemilikannya pada AADI. Tapi, tidak dengan Boy Thohir.
Baca Juga: Adaro Andalan (AADI) Listing Hari ini (5/12), Ada Komitmen dari Boy Thohir Setelah IPO dan PUPS, Boy Thohir akan menguasai sebanyak 450,36 juta saham atau 5,78% saham AADI. Dengan asumsi seluruh pemegang saham tercatat melaksanakan hak membeli sahamnya dalam PUPS, sebagaimana tertuang dalam prospektus.
Prospek Kinerja & Portofolio Emiten
Direktur Utama Adaro Andalan, Julius Aslan meyakinkan pemisahan ADRO dan AADI akan menguntungkan keduanya. Dengan memisahkan AADI yang fokus pada bisnis batubara thermal, ADRO akan memiliki alternatif pendanaan yang tidak terbatas untuk mengembangkan bisnisnya. "Tujuan pemisahan kan supaya dua-duanya bisa berkembang. Dengan pendanaan yang tidak terbatas, tentu
growth (ADRO) akan lebih besar. Kalau AADI
growth-nya sesuai dengan produktivitas dan efisiensi," kata Julius usai seremoni pencatatan saham AADI, Kamis (5/12). Toh, meski sudah berpisah, ADRO dan AADI tetap akan menjalin hubungan. AADI akan memiliki sinergi, terutama dari sisi penggunaan energi yang lebih bersih, sebagai fokus bisnis yang digeluti ADRO. "Alamtri (ADRO) kan masuk ke bisnis-bisnis hijau. Adaro (AADI) akan memakai energi hijau ke depannya," kata Julius.
Baca Juga: Emiten Kesehatan Makin Sehat, Cek Prospek dan Rekomendasi Sahamnya dari Analis Di sisi lain, dalam pelaksanaan IPO AADI, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi efek. TRIM juga menjadi perusahaan efek dalam PUPS AADI oleh ADRO. Bagi Boy Thohir, hal ini bagai "keluar kantong kiri dan masuk kantong kanan", lantaran TRIM juga merupakan emiten yang dikuasainya. Merujuk RTI Business, Boy Thohir merupakan pengendali dengan kepemilikan 2,46 miliar saham atau 34,64% saham TRIM.
Perusahaan sekuritas ini pun optimistis menatap tahun 2025. Direktur TRIM David Agus melihat ekspektasi penurunan suku bunga akan membawa sentimen positif bagi pasar modal, baik di sisi pasar saham maupun obligasi. David lantas menyoroti antusias dan kemampuan investor domestik dalam menyerap saham IPO, meskipun sedang ada tekanan dari sisi
capital outflow. TRIM pun siap memboyong beberapa perusahaan untuk IPO pada tahun depan.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Emiten Rumah Sakit: HEAL, MIKA, SILO Sejauh ini TRIM sudah punya tiga calon emiten berskala kecil-menengah dalam pipeline IPO. Salah satunya berasal dari sektor
consumer. "Mudah-mudahan tahun depan. Ada yang kecil, ada yang sedang. Intinya sih kami tetap optimistis (terhadap prospek 2025)," ungkap David.
Editor: Noverius Laoli