BP Migas akan memenuhi kebutuhan pasokan gas industri dalam negeri



JAKARTA. Industri Tanah Air tak perlu lagi mengeluh soal kekurangan pasokan gas. Pasalnya, Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) sepakat untuk memenuhi kebutuhan gas di dalam negeri. Kontrak pasokan gas bumi untuk domestik tahun ini mencapai 56,78% dari total kontrak yang ada. Sedangkan sisanya sekitar 43,22% akan diekspor."Tahun ini, domestik mendapatkan jatah gas sebesar 4.366 miliar british thermal unit per hari (BBTUD). Jumlah ini naik cukup signifikan ketimbang 2010," ujar Elan Biantoro, Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan BP Migas kepada KONTAN, Senin (10/1).Tahun lalu, domestik hanya kebagian jatah gas sekitar 50,18% dari total kontrak, atau setara dengan 4.342,71 BBTUD. Sedangkan gas yang terbang ke luar negeri mencapai 49,82% dari kontrak, atau sebesar 4.311,5 BBTUD.Dari total pasokan gas untuk domestik, alokasi terbesar ditujukan untuk PT PLN Persero. Tahun ini, BUMN setrum itu mendapat jatah alokasi gas sebesar 1.510,6 BBTUD. Jumlah ini naik 76,7% dari pasokan gas tahun lalu yang sebesar 854,88 BBTUD. "Meningkatnya pasokan, diharapkan berasal dari Lapangan Wortel (Santos), Lapangan Sungai Kenawang (Pertamina-Talisman Jambi Merang), Lapangan Kampung Baru (Energy Equity Sengkang), PetroChina Jabung, dan Lapangan Singa (Medco EP)," papar Elan.Dia juga memastikan, industri tidak akan dianaktirikan. Industri akan mendapatkan pasokan gas sebesar 1.690,43 BBTUD. Jumlah ini naik 40,5% dari pasokan gas tahun lalu yang sebesar 1.203,18 BBTUD. Kenaikan pasokan gas untuk industri akan ditam bal dari Kalila Bentu dan Petrochina East Java. Gas untuk industri ini akan dijual baik secara langsung ataupun melalui PT Perusahaan Gas Negara Tbk. "Kebutuhan domestik, khususnya pasokan gas untuk pabrik pupuk, listrik, serta industri, tetap mendapat prioritas," tegas Elan. Namun, dia mengingatkan, salah satu kendala pemenuhan pasokan gas disebabkan konsumen domestik masih kesulitan menerima harga gas di atas US$ 5 per mile-mile british thermal unit (MMBTU). Padahal, beberapa pengembangan lapangan memerlukan harga gas yang lebih tinggi untuk menutup keekonomiannya, seperti gas di lepas pantai dan laut dalam yang membutuhkan investasi besar. Untuk kontraktor yang memproduksi gas di lahan tersebut, masih memerlukan insentif dari Pemerintah untuk memenuhi keekonomiannya. Lalu, keterbatasan infrastruktur juga menjadi kendala. Oleh karena itu, BP Migas mengharapkan, pembangunan unit penampungan regasifikasi terapung atau floating storage regasification unit (FSRU) yang akan dibangun di Teluk Jakarta dapat rampung tepat waktu pada kuartal IV-2011. Menurut Elan, pengoperasian terminal penerima gas alam cair (LNG) tersebut akan memudahkan distribusi gas dari area yang defisit ke daerah surplus gas. Sebelumnya, Evita Herawati Legowo, Dirjen Minyak dan Gas Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan jatah gas untuk domestik tidak akan dikurangi. Bahkan, jatah gas untuk domestik akan selalu bertambah. "Tiap tahunnya akan bertambah 8%," jelas Evita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test