BP Migas ingin PGN bayar mahal gas



JAKARTA. Harga gas alam kembali dipersoalkan belakangan ini. Saat sejumlah industri di dalam negeri kekurangan gas. Celakanya, Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) minta agar Perusahaan Gas Negara (PGN) menaikkan harga pembelian gasnya dari kalangan para kontraktor.

Yang terbaru, BP Migas minta PGN membeli liquefied natural gas (LNG) dari kilang Tangguh di Papua seharga US$ 9-US$ 10 per juta british thermal unit (mmbtu). Ini berkaitan dengan rencana pembelian LNG sebanyak 140 juta kaki kubik per hari (mmscfd) oleh PGN dari Tangguh yang dioperasikan PT BP Indonesia.

Sebelumnya, R. Priyono, Kepala BP Migas, bilang, kontrak-kontrak lama pembelian gas di dalam negeri yang dilakukan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN), PT PLN, dan juga industri lain harus direnegosiasi mengikuti perkembangan harga pasar. Kontrak-kontrak pembelian baru juga wajib mengikuti harga pasar. "Demi menambah pendapatan negara," kata Priyono, akhir pekan lalu. Bila kebijakan ini sukses, Priyono menghitung, penjualan gas tahun 2012 bisa menyumbang pendapatan negara Rp 500 triliun, naik 66,67% ketimbang tahun ini.


Keinginan BP Migas ini tentu memberatkan industri lokal yang dalam kontrak-kontrak lama, mereka membayar di harga jauh lebih rendah, yaitu sekitar US$ 1,6 per mmbtu, sementara untuk kontrak- baru US$ 5-US$ 6 per mmbtu.

Menurut Priyono, sekarang harga gas di pasar internasional US$ 13-US$ 14 per mmbtu. "Kami tidak ingin sama persis, setidaknya mendekati dan syukur-syukur bisa di atas US$ 10," tandas Priyono. Alasan lain, PLN berani membayar US$ 9-US$ 10 per mmbtu dari kontraktor lain.

Rugikan negara

Sri Budi Mayaningsih, Sekretaris Perusahaan PGN, menyerahkan kebijakan harga itu ke pemerintah.

Nur Pamudji, Direktur Energi Primer PLN, keberatan dengan usulan BP Migas. Menurutnya, harga jual LNG bukan tergantung harga pasar, tapi jarak blok dengan lokasi pengiriman. "Makin jauh makin mahal, tapi di Indonesia normalnya US$ 5 -US$ 6 per mmbtu," kata Pamudji.

Pamudji mengaku, membeli gas sebesar 200 mmscfd dari PT Nusantara Gas seharga US$ 9 per mmbtu. Namun, itu untuk kontrak tahun 2012. Sementara, harga rata-rata pembelian PLN tahun ini US$ 2,6 - US$ 6,5 per mmbtu.

Kurtubi, Pengamat Migas, menuding BP Migas tak becus dalam tataniaga gas. Ia mencontohkan, penjualan gas LNG Blok Tangguh ke China hanya US$ 3,34 per mmbtu dan bersifat flat pada tahun 2008 sampai sekarang. Flat itu berarti, harga gas tidak berubah meskipun harga minyak dunia naik atau turun.

Harga itu jauh lebih murah dari penjualan LNG dari blok Badak dan Arun ke Jepang seharga US$ 17 per mmbtu. Perbedaan harga merugikan negara U$ 4 miliar per tahun dengan asumsi pengiriman ke China 100 kargo dan harga minyak US$ 100 per barel. "Harusnya, penjualan ke China itu dialihkan ke Jakarta saja," tandas Kurtubi.

Kurtubi juga menggugat BP Migas soal pasokan gas di dalam negeri yang belum mencukupi. Hal itu mengherankan, karena cadangan gas di Indonesia besar, mencapai 188,33 TCF (triliun kaki kubik) atau 1,5 % dari cadangan gas bumi terbukti dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini