BP Migas: Kontrak Total di Mahakam bisa berubah



JAKARTA. Rekomendasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) tentang perpanjangan kontrak Total E&P Indonesie di Blok Mahakam bisa berubah. Ini disebabkan penurunan produksi gas di blok yang berada di Kalimantan Timur itu selama tiga bulan terakhir.

Kepala BP Migas R. Priyono mengatakan, BP Migas sedang mengkaji apakah penurunan ini ada hubungannya dengan perpanjangan kontrak atau tidak. Kalau memang ada hubungannya dengan perpanjangan kontrak, BP Migas akan bicara kepada Total. Tapi kalau memang penurunan karena faktor alamiah, BP Migas mau tidak mau harus menerima.

Menurut Priyono, BP Migas dan Total sejatinya telah mengadakan pembicaraan bersama terkait penurunan produksi tersebut. Namun, Priyono bilang, BP Migas bukan anak kemarin sore yang mau percaya begitu saja. Karena itu, BP Migas akan meneliti, apakah Total sengaja menahan produksi atau tidak. "Kalau kelihatan mereka menahan produksi, kredibilitas mereka di mata BP Migas akan turun," ujar Priyono kepada KONTAN.


Priyono mengatakan, Total seharusnya memahami bahwa kebutuhan gas Indonesia semakin meningkat. Karena itu, kalau Total kemudian menurunkan kinerja, BP Migas akan punya pendapat lain tentang kehadiran Total di Indonesia.

Seperti diketahui, kontrak Total untuk mengelola Blok akan berakhir tahun 2017 mendatang. Dua tahun lalu, BP Migas sebenarnya telah memberikan rekomendasi kepada Menteri ESDM saat itu, Darwin Saleh. Namun, "Kalau ditanya lagi, rekomendasi kami bisa berubah lagi," kata Priyono.

Menurut Priyono, persoalan perpanjangan kontrak migas memang menjadi kewenangan Kementerian ESDM. Namun, rekomendasi BP Migas pasti akan didengar. Sebab, BP Migas memiliki data dan sejarah semua perusahaan migas. "Kalau kami katakan operator tertentu males, lelet atau apa, dan memandang untuk diganti, saya kira akan didengar," kata Priyono.

Sekadar informasi, produksi gas di Blok Mahakam yang dikelola Total E&P mengalami penurunan hingga 200 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Padahal, pemerintah menetapkan, target produksi Total tahun ini sebanyak 2.000 mmscfd.

Menurut Priyono, penurunan produksi gas Total tersebut cukup signifikan mempengaruhi produksi gas secara nasional. Biasanya, rata-rata produksi gas nasional mencapai 8,9 miliar kaki kubik per hari. Namun, dengan penurunan dari Blok Mahakam, total produksi gas hanya mencapai 8,7 miliar kaki kubik per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Umar Idris