BPD ancang-ancang lebih efisien



JAKARTA. Bank Pembangunan Daerah (BPD) hingga saat ini merupakan  bank  yang paling efisien berdasarkan efisiensi profit dengan Return On Assets (ROA) atau rasio antar laba bersih yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba.   Demikian diungkapkan Dosen STIE Perbanas Surabaya, Dr Mutazaroh SE MT dari hasil penelitian untuk disertasinya dengan tema "Model Pengukuran Efisiensi Bank Untuk Meningkatkan Daya Saing Bank" yang dipaparkan dalam seminar Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA).   Dari penelitian yang dilakukan sejak tahun 2005 hingga 2009 Bank Sulselbar menempati peringkat nomor satu  berdasarkan rata-rata efisiensi profit dengan SFA (Stochastic Frontier Approach), disusul Bank Jateng, Bank Jatim, BPD Sultra, Bank Kaltim, Bank Kalteng dan Bank Sumut. Sedangkan peringkat efisiensi profit dengan ROA urutan pertama ditempati oleh BPD Sultra dan disusul Bank Sulselbar, Bank NTT, BPD Bali, dan seterusnya.   Untuk  mengikatkan efisiensi dan profesionalitas dalam jangka panjang menurut Bendahara Asbanda yang juga  Direktur Utama Bank DIY, Supriyatno BPD akan meningkatkan teknologi dan pengembangan SDM yang dimiliki saat ini.   "Dari sisi teknologi, saat ini BPD-SI melalui Asbanda sedang mematangkan konsep BPD Net Online yang ke depannya diharapkan mampu menyeragamkan kualitas dan sistem pelayanan yang ada di BPD seluruh Indonesia," jelas Supriyatno.   Dalam menjalankan tugasnya sebagai sebuah bank, menurut Wakil Sekjen Asbanda yang juga Dirut Bank Sulselbar Ellong Tjandra, BPD memiliki fungsi yang unik selain menjalankan fungsinya sebagai bank, juga menjadi agen perubahan di suatu daerah (Agent of Regional Development) yang tak dimiliki oleh bank selain BPD.

"Ini adalah kontribusi terbesar BPD guna memajukan daerah-daerah di Indonesia," tegas Ellong.   Sejalan dengan Ellong, Supriyatno menambahkan, bentuk nyata dari kontribusi BPD ke daerahnya masing-masing dalam bentuk pengembalian laba BPD ke daerah sebesar 50% ditambah dengan dana cadangan umum dan dana pembangunan sebesar 10% jadi yang didapat daerah kisarannya sampai 60% dari laba dan dana cadangan serta dana pembangunan BPD.   Terkait dengan kehadiran bank asing di Indonesia baik Supriyatno maupun Ellong mengaku BPD tidak khawatir dengan kehadiran bank tersebut, mengingat bank asing tidak dapat beroperasi hingga tingkat kecamatan. Namun demikian BPD senantiasa melakukan ragam terobosan yang didukung dengan kebijakan-kebijakan strategis, seperti dicanangkannya BPD Regional Champion. (TribunNews)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: