JAKARTA. Bank Pembangunan Daerah (BPD) menyiapkan strategi dalam penyaluran kredit ke beberapa sektor, di antaranya infrastruktur, komoditas dan konsumsi. Kelompok bank daerah menilai, ketiga sektor ini mampu menjaga pertumbuhan kredit, karena pangsa pasar di daerah masih besar. Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) per Desember 2012, penyaluran kredit terbesar BPD ke sektor perdagangan besar dan kecil yang mencapai Rp 21,33 triliun atau tumbuh 9% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 19,56 triliun. Kemudian sektor konstruksi mencapai Rp 11,85 triliun atau naik 15% dan kredit pertanian dan pemburuan mencapai Rp 8,59 triliun atau tumbuh 47% dari sebelumnya Rp 5,81 triliun. Direktur Utama Bank DKI, Eko Budiyono, mengatakan saat ini pihaknya akan memperbesar komposisi kredit produktif, yang terdiri dari infrastruktur dan perdagangan. Khusus sektor infrastruktur, Bank DKI tertarik ke pembiayaan pembangunan jalan raya dan tol. "Kami akan membidik sektor kredit ke infrastruktur khusus yang ada di Jakarta," ucap Eko. Selain itu, BPD ini juga tetap akan mengandalkan pembiayaan kredit ke konsumsi, seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan multiguna alias kredit tanpa agunan (KTA). Bank DKI siap membiayai KTA untuk pegawai negeri sipil (PNS). "Pasar konsumen kredit kami itu PNS, maka itu tetap akan kami jaga," tambahnya. Direktur Utama BPD Bali, Wayan Suja, mengatakan pihaknya akan memfokuskan kredit ke sektor infrastruktur dana usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Terkait pembiayaan infrastruktur ini, pihaknya akan membidik pembiayaan ke jalan tol, rumah sakit, sistem pengolahan air minum, pembangunan pasar tradisional dan desa serta pembangunan daerah. "Kami membiayai kredit ke infrastruktur tersebut bekerja sama dengan pemerintah daerah (pemda) dan perusahaan di daerah," kata Wayan. Selain itu, BPD Bali juga membidik penyaluran kredit ke sektor konsumer, seperti KPR, kredit multiguna, kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit aneka guna sejenis KTA. "Penyaluran kredit konsumsi kami masih 60%," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BPD fokus kredit produktif dan konsumsi
JAKARTA. Bank Pembangunan Daerah (BPD) menyiapkan strategi dalam penyaluran kredit ke beberapa sektor, di antaranya infrastruktur, komoditas dan konsumsi. Kelompok bank daerah menilai, ketiga sektor ini mampu menjaga pertumbuhan kredit, karena pangsa pasar di daerah masih besar. Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) per Desember 2012, penyaluran kredit terbesar BPD ke sektor perdagangan besar dan kecil yang mencapai Rp 21,33 triliun atau tumbuh 9% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 19,56 triliun. Kemudian sektor konstruksi mencapai Rp 11,85 triliun atau naik 15% dan kredit pertanian dan pemburuan mencapai Rp 8,59 triliun atau tumbuh 47% dari sebelumnya Rp 5,81 triliun. Direktur Utama Bank DKI, Eko Budiyono, mengatakan saat ini pihaknya akan memperbesar komposisi kredit produktif, yang terdiri dari infrastruktur dan perdagangan. Khusus sektor infrastruktur, Bank DKI tertarik ke pembiayaan pembangunan jalan raya dan tol. "Kami akan membidik sektor kredit ke infrastruktur khusus yang ada di Jakarta," ucap Eko. Selain itu, BPD ini juga tetap akan mengandalkan pembiayaan kredit ke konsumsi, seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan multiguna alias kredit tanpa agunan (KTA). Bank DKI siap membiayai KTA untuk pegawai negeri sipil (PNS). "Pasar konsumen kredit kami itu PNS, maka itu tetap akan kami jaga," tambahnya. Direktur Utama BPD Bali, Wayan Suja, mengatakan pihaknya akan memfokuskan kredit ke sektor infrastruktur dana usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Terkait pembiayaan infrastruktur ini, pihaknya akan membidik pembiayaan ke jalan tol, rumah sakit, sistem pengolahan air minum, pembangunan pasar tradisional dan desa serta pembangunan daerah. "Kami membiayai kredit ke infrastruktur tersebut bekerja sama dengan pemerintah daerah (pemda) dan perusahaan di daerah," kata Wayan. Selain itu, BPD Bali juga membidik penyaluran kredit ke sektor konsumer, seperti KPR, kredit multiguna, kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit aneka guna sejenis KTA. "Penyaluran kredit konsumsi kami masih 60%," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News