BPDPKS sebut industri kelapa sawit masih menjadi komoditas strategis penghasil devisa



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih menjadi komoditas strategis untuk mendorong kegiatan ekspor pertanian Indonesia ke pasar luar negeri. Komoditas sawit juga menyumbang lapangan pekerjaan yang cukup besar dari hulu hingga hilir di dalam negeri.

Kepala Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Rusman Heriawan, mengatakan, Indonesia memiliki lapangan pekerjaan yang cukup banyak di industri sawit dari hulu hingga hilir.

Ia menjelaskan, total pekerja yang berada di industri hulu seperti petani khusus sawit saja lebih dari 7 juta orang yang terbagi menjadi 2,4 juta orang petani swadaya dan 4,6 juta orang yang tersebar di berbagai perusahaan.


Baca Juga: Ekspor CPO masih surplus, pelaku usaha dukung kebijakan ekspor di era new normal

Sedangkan, dari industri hilir industri sawit ini berjumlah 16 juta orang yang bekerja langsung di outfarm sekitar 4,2 juta orang dan yang bekerja tidak langsung sekitar 12 juta orang.

“Jadi kalau kita total jumlah yang terlibat di industri sawit ini kurang lebih di atas 20 juta orang. Ini menunjukkan betapa besar lapangan pekerja yang tercipta. Bayangkan saja kalau sawit kita diganggu, lapangan pekerja kita juga terganggu,” Jelas Rusman dalam paparannya melalui live conference, Senin (29/6).

Rusman mengatakan, penyerapan tenaga kerja pada industri sawit ini cukup signifikan. Bahkan, sawit merupakan ekspor andalan non migas di indonesia yang sangat berkontribusi pada devisa negara.

“Ini satu-satunya komoditas yang secara konsisten tetap menyumbangkan devisa ekspor nomor satu,” Tambahnya.

Baca Juga: Anak usaha Musim Mas dorong peningkatan produktivitas perkebunan sawit rakyat

Sebagai gambaran yang mudah, Rusman menjelaskan, selain komoditas sawit, batu bara juga menjaga salah satu yang menyumbang penerimaan pada negara. Dimana dahulu jika melihat kinerja ekspor beberapa, apabila kedua komoditas itu menurun maka dapat dipastikan devisa negara juga ikut menurun.

“Ini sebelum aturan komoditas batu bara yang belum harus ada pengolahan seperti bongkahan, menggunakan briket dan segala macem, sehingga saat ini sawit menjadi kinerja ekspor andalan nomor satu,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli