KONTAN.CO.ID - BOGOR. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatatkan koreksi volume penyaluran solar subsidi sebesar 6.172,547 kilo liter (KL) sampai dengan November 2023. Diperkirakan subsidi yang dapat dihemat kurang lebih setara dengan Rp 62,65 miliar.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Erika Retnowati menyatakan, salah satu tugas dan fungsi BPH Migas adalah pengawasan dalam penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM).
BPH Migas melakukan verifikasi terhadap volume penyaluran Jenis BBM Tertentu (JBT) Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP).
"BPH Migas melakukan verifikasi secara berkala, baik setiap bulan maupun secara triwulanan terhadap volume penyaluran JBT dan JBKP," kata Erika pada konferensi pers capaian dan kinerja BPH Migas tahun 2023 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/12).
Baca Juga: Pemilu Kerek Kuota Solar Subsidi pada Tahun 2024 Hingga 2 Juta Kilo Liter Dari hasil verifikasi yang dilakukan hingga November 2023, kata Erika, BPH Migas telah mengoreksi volume JBT minyak solar sebesar 6.172,547 kiloliter. Dari jumlah tersebut, koreksi volume terbesar berada pada sektor transportasi darat sebesar 6.027,07 kiloliter. "Kemudian sektor transportasi laut sebesar 112,477 kiloliter, sektor perikanan sebesar 21,5 kiloliter, sektor layanan umum sebesar 10 kiloliter, dan sektor kereta api sebesar 1,5 kiloliter," paparnya. Lebih lanjut, dengan koreksi volume penyaluran tersebut, diperkirakan subsidi dan kompensasi yang dihemat kurang lebih setara dengan Rp 62,65 miliar. Sampai dengan 28 Desember 2023, BPH Migas mencatatkan penyaluran JBT minyak solar sebesar 17,46 juta kiloliter atau mencapai 102,69% dari total kuota sebanyak 17 juta kiloliter.
Baca Juga: Pertamina Memastikan Penyaluran Solar Subsidi Tepat Sasaran pada Sisa Tahun 2023 Kemudian JBT minyak tanah sebesar 0,489 juta kiloliter, atau secara persentase mencapai 97,89% dari kuota 0,500 juta kiloliter.
Terakhir JBKP pertalite sebesar 29,77 juta kiloliter dari kuota 32,56 juta kiloliter, atau sekitar 91,43%.
Dia menambahkan, terjadi peningkatan realisasi konsumsi JBT dan JBKP karena adanya peningkatan kegiatan masyarakat usai berlalunya pandemi Covid-19. Sehingga geliat perekonomian masyarakat ikut tumbuh dan menunjukkan respons positif terhadap konsumsi BBM. "Artinya bahwa ekonomi itu tumbuh usai pandemi, kemudian kegiatan-kegiatan masyarakat itu otomatis kan bertambah,” imbuhnya.
Kemudian juga memang ada tambahan kegiatan mungkin dalam kampanye jelang pemilu dan dia berharap tidak akan melebihi 5%, mungkin paling banyak mungkin sekitar 4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati