BPJS Ketenagakerjaan sulit capai target investasi



JAKARTA. Hasil investasi BPJS Ketenagakerjaan sampai akhir tahun diperkirakan hanya akan mencapai Rp 18 triliun. Hasil investasi tersebut lebih rendah dari target awal yang sebesar Rp 19 triliun. Gejolak pasar modal menjadi faktor minimnya pertumbuhan hasil investasi BPJS Ketenagakerjaan. Jeffry Haryadi, Direktur Investasi BPJS Ketenagakerjaan mengatakan, hingga September 2015, hasil investasi yang diperoleh BPJS Ketenagakerjaan adalah sebesar Rp 14 triliun. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai tersebut tumbuh sekitar 5%.

Nah, dengan hanya tersisa tiga bulan di 2015, sepertinya akan sulit untuk mengejar perolehan hasil investasi Rp 19 triliun. Apalagi, kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang belum sepenuhnya pulih. Itu sebabnya Jeffry memperkirakan perolehan hasil investasi sampai akhir tahun ini, paling banter hanya mencapai Rp 18 triliun.

"Tapi bukan berarti kami revisi. Ini asumsi buruk saja, namun kami tetap berusaha mencapai Rp 19 triliun. Apalagi Oktober ini sudah terjadi perbaikan di sektor ekonomi. Misalnya, mata uang Rupiah menguat dan IHSG sudah kembali naik," kata Jeffry, Rabu (21/10). Kondisi IHSG yang fluktuatif ini membuat BPJS Ketenagakerjaan mengurangi porsi investasi di pasar modal dan meningkatkan porsi investasi di deposito. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 99/2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, BPJS mengalokasikan dana kelolaan pada beragam instrumen investasi. Porsi investasi terbesar adalah pada surat utang atau obligasi antara 44% hingga 46%. Disusul deposito berjangka sebesar 26%-28%. Porsi deposito saat ini memungkinkan akan diperbesar hingga 30%. Sementara, porsi saham dipangkas menjadi 18% dari sebelumnya 22%. Terakhir, reksadana sekitar 8%-10%. Sisanya, properti.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan