JAKARTA. Keamanan pangan di Indonesia masih bermasalah. Banyak kejadian luar biasa akibat keracunan pangan. Untuk itu, berbagai intervensi keamanan pangan perlu dilakukan. "Dari waktu ke waktu masalah keamanan pangan masih terjadi," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparringa, Kamis (30/4), saat menutup rangkaian peringatan bulan keamanan pangan yang diselenggarakan BPOM di Jakarta. Menurut dia, hal itu karena pengawasan terhadap bahan pangan berbahaya masih kurang. Menurut Roy, penanganan masalah keamanan pangan tidak bisa dilakukan hanya dengan menanggulangi dampaknya, seperti kejadian luar biasa (KLB) akibat keracunan pangan. "Karena itu, pencegahan sangat penting melalui edukasi," ujarnya.
Berdasarkan data BPOM periode 2009-2013, diperkirakan ada 10.700 kasus KLB keracunan pangan terjadi. Direktur Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM Halim Nababan memaparkan, selama periode itu, 411.500 orang sakit dan 2.500 orang meninggal akibat keracunan pangan. "Angka ini diperkirakan bisa bertambah (jika seluruh kasus terdeteksi)," kata Nababan. Industri rumah tangga KLB paling banyak terjadi pada tingkat industri rumah tangga. Penyebabnya, keberadaan bakteri Escherichia coli. Bakteri itu mengakibatkan diare hingga infeksi kronis, seperti gagal ginjal, bahkan kematian. Beberapa pangan olahan yang berdampak pada masalah keamanan pangan di antaranya es batu, bakso, jeli, dan minuman berwarna. "Biasanya KLB terjadi saat acara pesta," kata Nababan.