JAKARTA. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dinilai perlu menutup Pabrik PT Kalbe Farma, khususnya untuk pabrik yang memproduksi obat injeksi. Hal ini menyusul kasus meninggalnya dua pasien dari Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, setelah disuntikkan obat anestesi Buvanest Spinal keluaran pabrik tersebut. Ketua Yayasan Perlindungan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Wijayarta mengatakan, PT Kalbe Farma sudah mengakui ada ketidaksesuaian label dengan obat. Sehingga, tidak menutup kemungkinan ada obat lain yang juga tertukar dan berakibat fatal jika digunakan. “Maka sampai selesai dilakukan investigasi soal kesalahan produksi, BPOM harusnya menutup, menghentikan produksi, bahkan menyegel pabrik tersebut,” kata Marius saat dihubungi, Rabu (18/2).
BPOM dinilai perlu tutup pabrik Kalbe Farma
JAKARTA. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dinilai perlu menutup Pabrik PT Kalbe Farma, khususnya untuk pabrik yang memproduksi obat injeksi. Hal ini menyusul kasus meninggalnya dua pasien dari Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, setelah disuntikkan obat anestesi Buvanest Spinal keluaran pabrik tersebut. Ketua Yayasan Perlindungan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Wijayarta mengatakan, PT Kalbe Farma sudah mengakui ada ketidaksesuaian label dengan obat. Sehingga, tidak menutup kemungkinan ada obat lain yang juga tertukar dan berakibat fatal jika digunakan. “Maka sampai selesai dilakukan investigasi soal kesalahan produksi, BPOM harusnya menutup, menghentikan produksi, bahkan menyegel pabrik tersebut,” kata Marius saat dihubungi, Rabu (18/2).