JAKARTA. Penyaluran kredit bank perkreditan rakyat (BPR) masih mengandalkan sumber dana dari masyarakat. Kontribusi linkage program atau penerusan terhadap total kredit BPR hanya sebesar 16,5% atau Rp 8,7 triliun. Meski porsinya kecil, trennya terus meningkat. Terbaru, Citibank menggelontorkan dana ke BPR via Bank Andara. Kondisi ini karena tingginya ekses likuiditas di bank umum. Bank memiliki banyak dana berlebih, lantaran mengerem kredit ke sektor usaha berorientasi ekspor. Selain itu, bank tertekan aturan loan to value di kredit konsumsi. Joko Suyanto, Ketua Umum Perhimpunan BPR (Perbarindo), mengatakan dana bank umum ke BPR tumbuh lebih dari 50% (year on year/yoy). "Diharapkan mampu menopang pertumbuhan linkage program 24% sampai akhir tahun," ujarnya, Kamis (11/10).
Dari total dana pihak ketiga (DPK) BPR senilai Rp 50,1 triliun, sebesar Rp 47,3 triliun mengalir ke kredit, tumbuh 20% ketimbang Agustus 2011 lalu. Total nasabah BPR saat ini mencapai 12,9 juta, meningkat 22%. Kredit linkage ini bermanfaat bagi BPR. Masalahnya, BPR sulit mengenakan bunga rendah ke debitur lantaran bunga bank sangat tinggi. Rata-rata bunga antara 11% sampai 13%. Ini berlaku baik pinjaman langsung maupun tidak langsung, semisal melalui Bank Andara.