BPS ingatkan pergerakan harga beras sangat pengaruhi inflasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang tahun 2018 sebesar 3,13%. Angka ini lebih rendah dari inflasi tahun lalu yang sebesar 3,61%. Pun lebih rendah dari target pemerintah yang dikisaran 3,5%. BPS mencatat Inflasi 2018 utamanya disumbang inflasi inti, kemudian disusul inflasi volatile food.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan sebesar 65% komoditas berada dalam komponen inti, atau sebanyak 751 komoditas. Apabila dilihat dari komponen, inflasi tertinggi terjadi pada kenaikan harga bergejolak atau volatile food. Inflasi bergejolak sepanjang 2018 tercatat sebesar 3,39%. Namun memang andilnya terhadap inflasi hanya 0,60%.

Andil tersebut jauh lebih rendah dari andil inflasi inti yang sebesar 1,87%. Namun besaran inflasi inti sepanjang 2018 sekitar 3,07%.  Kenaikan pada komponen inti terjadi pada beberapa komoditas berikut antara lain tarif sewa rumah, nasi dengan lauk pauk, upah pembantu rumah tangga, upah tukang bukan mandor dan kontrak rumah serta emas perhiasan. 


"Ini karena pergerakan harga dan daya beli yang bagus," ungkap Suhariyanto di kompleks gedung BPS, Rabu (2/1).

Sedangkan yang perlu diperhatikan adalah inflasi harga bergejolak. Pasalnya, inflasi ini cukup meningkat jauh dari tahun lalu yang sebesar 0,71%. Peningkatan ini disumbang oleh antara lain kenaikan harga beras, daging ayam ras, ikan segar, dan bawang merah.

Melihat data tersebut, Suhariyanto menegaskan perlunya memperhatikan pergerakan harga beras. Pasalnya bobot beras cukup tinggi, sehingga kenaikan tipis pun akan sangat berpengaruh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli