JAKARTA. Badan Pusat Statistik memprediksi terjadi inflasi pada Juni ini, dengan potensi berkisar 0,1% hingga 0,2%.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan menyebut, terjadinya inflasi tipis selama Juni karena kenaikan harga beberapa komoditas. "Potensi inflasi lebih besar dari deflasi, karena dalam tiga minggu terakhir terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok," ujarnya, Selasa (28/6).Rusman bilang, pada minggu ke 3 Juni harga beras mengalami kenaikan secara konsisten sebesar 1,24 % dibandingkan rata-rata Mei. Selain itu, harga daging ayam ras naik 4,2 %, bawang merah juga melesat 15 %, dan harga telur yang naik 5,8%. "Inflasi paling kuat disumbang dari kenaikan harga bawang merah dan telur. Ini bisa sangat menganggu menjelang puasa dan lebaran," ujarnya.Rusman melanjutkan walaupun harga daging sapi secara bulanan turun dibandingkan Mei, namun pengaruh pelarangan impor sapi asal Australia sempat mempengaruhi harga pada minggu ketiga Mei dan bisa mempengaruhi inflasi. "Pada minggu ketiga, seminggu setelah Australia stop impor sapi, tiba-tiba harganya naik Rp 600 per kilogram, saya melihat walau stok cukup tapi pernyataan stop impor mempengaruhi," jelasnya. Sementara, komoditas yang diperkirakan menyumbang deflasi adalah minyak goreng, gula pasir, cabai rawit dan cabai merah karena mengalami penurunan harga. Menurut Rusman, minyak goreng turun sedikit karena pemerintah menjaga suplai CPO dalam negeri. Sementara, gula pasir turun 2,8 %, cabai rawit mencapai harga pada titik rendah nasional. "Cabai merah dulu bisa mencapai Rp100 ribu sekarang mencapai sekitar Rp10 ribuan," terangnya.Lanjut Rusman, dengan perkiraan inflasi bulanan sekitar 0,1% - 0,2 %, maka inflasi year on year (yoy) akan lebih rendah dari 5,98% pada Juni ini. Dia juga memperkirakan laju inflasi pada semester pertama 2011 masih dibawah angka 1%.Berbeda dengan Rusman, peneliti LIPI Latif Adam memperkirakan, bulan ini inflasi berkisar 0,3% - 0,5%. "Berdasarkan data kementerian perdagangan produk makanan mengalami lonjakan, rata-rata kenaikannya masing-masing 10% sampai 40%," katanya.Lanjutnya, faktor lain yang memengaruhi inflasi adalah memasuki masa tahun ajaran baru. "Walaupun puncaknya baru bulan juli, namun dampak kenaikan harga di tahun ajaran baru sudah terasa di bulan Juni," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BPS: Kenaikan harga bawang dan telur bisa picu inflasi Juni di 0,1% - 0,2%
JAKARTA. Badan Pusat Statistik memprediksi terjadi inflasi pada Juni ini, dengan potensi berkisar 0,1% hingga 0,2%.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan menyebut, terjadinya inflasi tipis selama Juni karena kenaikan harga beberapa komoditas. "Potensi inflasi lebih besar dari deflasi, karena dalam tiga minggu terakhir terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok," ujarnya, Selasa (28/6).Rusman bilang, pada minggu ke 3 Juni harga beras mengalami kenaikan secara konsisten sebesar 1,24 % dibandingkan rata-rata Mei. Selain itu, harga daging ayam ras naik 4,2 %, bawang merah juga melesat 15 %, dan harga telur yang naik 5,8%. "Inflasi paling kuat disumbang dari kenaikan harga bawang merah dan telur. Ini bisa sangat menganggu menjelang puasa dan lebaran," ujarnya.Rusman melanjutkan walaupun harga daging sapi secara bulanan turun dibandingkan Mei, namun pengaruh pelarangan impor sapi asal Australia sempat mempengaruhi harga pada minggu ketiga Mei dan bisa mempengaruhi inflasi. "Pada minggu ketiga, seminggu setelah Australia stop impor sapi, tiba-tiba harganya naik Rp 600 per kilogram, saya melihat walau stok cukup tapi pernyataan stop impor mempengaruhi," jelasnya. Sementara, komoditas yang diperkirakan menyumbang deflasi adalah minyak goreng, gula pasir, cabai rawit dan cabai merah karena mengalami penurunan harga. Menurut Rusman, minyak goreng turun sedikit karena pemerintah menjaga suplai CPO dalam negeri. Sementara, gula pasir turun 2,8 %, cabai rawit mencapai harga pada titik rendah nasional. "Cabai merah dulu bisa mencapai Rp100 ribu sekarang mencapai sekitar Rp10 ribuan," terangnya.Lanjut Rusman, dengan perkiraan inflasi bulanan sekitar 0,1% - 0,2 %, maka inflasi year on year (yoy) akan lebih rendah dari 5,98% pada Juni ini. Dia juga memperkirakan laju inflasi pada semester pertama 2011 masih dibawah angka 1%.Berbeda dengan Rusman, peneliti LIPI Latif Adam memperkirakan, bulan ini inflasi berkisar 0,3% - 0,5%. "Berdasarkan data kementerian perdagangan produk makanan mengalami lonjakan, rata-rata kenaikannya masing-masing 10% sampai 40%," katanya.Lanjutnya, faktor lain yang memengaruhi inflasi adalah memasuki masa tahun ajaran baru. "Walaupun puncaknya baru bulan juli, namun dampak kenaikan harga di tahun ajaran baru sudah terasa di bulan Juni," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News