BPS minta waspadai penurunan impor bahan baku dan barang modal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa pemerintah perlu mewaspadai penurunan impor bahan baku dan barang modal di Januari 2020.

Sebelumnya, BPS mencatat impor bahan baku pada awal tahun ini adalah sebesar US$ 10,58 miliar atau menurun 7,35% yoy. Sementara impor barang modal tercatat US$ 2,23 miliar atau turun 5,26% yoy dari Januari tahun lalu.

Menurut Kepala BPS Suhariyanto, penurunan impor bahan baku dan barang modal ini bisa mempengaruhi industri pengolahan dan manufaktur dan nantinya bisa berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Gawat, Kinerja Manufaktur Kian Lesu

"Saat ini bahan baku belum ada substitusi, sementara ini sangat diperlukan untuk produksi. Maka harus waspada agar ini tidak mempengaruhi industri pengolahan, karena kalau dilihat dari sektor manufaktur sudah ada perlambatan," terang Suhariyanto pada Senin (17/2) Jakarta.

Selain itu, penurunan yang terjadi terhadap impor barang modal juga dipercaya bisa memengaruhi investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB). Pasalnya, impor barang-barang modal biasanya berupa mesin untuk proses produksi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, beberapa impor bahan baku yang mengalami penurunan terdalam antara lain aluminium oxide, other than artificial corundum yang tergerus 50,14% yoy dari US$ 36,5 juta menjadi US$ 18,2 juta.

Baca Juga: Neraca dagang defisit, rupiah justru ditutup menguat

Selain itu, ada juga jenis bahan baku integrated circuits DOR SDRAM yang mengalami penurunan impor sebesar 43,02% yoy dari US$ 71,6 juta menjadi US$ 40,8, serta bahan baku gold in lumps, ingots or cast bars yang turun 35,33% yoy dari US$ 127,1 juta menjadi US$ 82,2 juta di Januari 2020.

Sedangkan dari impor barang modal, beberapa barang modal yang mengalami penurunan impor terbesar antara lain kendaraan bermotor untuk transportasi sebesar 93,96% yoy dari US$ 67,9 juta menjadi US$ 4,1 juta dan kapal derek serta truk termasuk crane yang turun 58,14% yoy dari US$ 4,3 juta menjadi US$ 1,8 juta di Januari 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto