BANDUNG. Meski Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi pada kuartal IV tahun ini masih bisa melaju 6,7% dan hingga akhir tahun bisa mencapai 6,6%, tapi Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung pada kuartal IV tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa lebih lambat ketimbang kuartal-kuartal sebelumnya. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Slamet Sutomo menuturkan, BPS melihat tren yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yaitu pertumbuhan ekonomi di kuartal IV memiliki kecenderungan melandai. Meskipun ada gelontoran belanja pemerintah, tapi biasanya gelontoran anggaran di kuartal IV hanya sekitar 10% - 15% saja. Ditambah lagi, "Adanya perlambatan ekonomi global, akan berpengaruh pada ekspor," ujarnya saat workshop BPS, Sabtu (26/11). Ia menambahkan, prediksi pelemahan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV ini semakin didukung oleh adanya indikasi keluarnya arus modal asing (capital outflow) yang sudah mulai terjadi. Capital outflow tersebut akan berpengaruh pada penurunan indeks saham. Penyebabnya, banyak investor yang akan menyelamatkan investasinya dan cenderung untuk membelanjakan uangnya. Alhasil, "(penurunan) indeks saham bisa mempengaruhi inflasi, karena investor melihat daripada menyimpan uang, mereka cenderung memilih untuk membelanjakannya, dan itu akan menyebabkan inflasi tinggi," jelasnya.
BPS : Pertumbuhan ekonomi kuartal IV melambat
BANDUNG. Meski Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi pada kuartal IV tahun ini masih bisa melaju 6,7% dan hingga akhir tahun bisa mencapai 6,6%, tapi Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung pada kuartal IV tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa lebih lambat ketimbang kuartal-kuartal sebelumnya. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Slamet Sutomo menuturkan, BPS melihat tren yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yaitu pertumbuhan ekonomi di kuartal IV memiliki kecenderungan melandai. Meskipun ada gelontoran belanja pemerintah, tapi biasanya gelontoran anggaran di kuartal IV hanya sekitar 10% - 15% saja. Ditambah lagi, "Adanya perlambatan ekonomi global, akan berpengaruh pada ekspor," ujarnya saat workshop BPS, Sabtu (26/11). Ia menambahkan, prediksi pelemahan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV ini semakin didukung oleh adanya indikasi keluarnya arus modal asing (capital outflow) yang sudah mulai terjadi. Capital outflow tersebut akan berpengaruh pada penurunan indeks saham. Penyebabnya, banyak investor yang akan menyelamatkan investasinya dan cenderung untuk membelanjakan uangnya. Alhasil, "(penurunan) indeks saham bisa mempengaruhi inflasi, karena investor melihat daripada menyimpan uang, mereka cenderung memilih untuk membelanjakannya, dan itu akan menyebabkan inflasi tinggi," jelasnya.