KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 mencapai 5,17%. Dilihat dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan tumbuh sebesar 4,27%. Meski masih mencatat pertumbuhan, tetapi pertumbuhan industri pengolahan masih stagnan, bahkan menurun bila dibandingkan 2017. Pertumbuhan industri pengolahan di 2017 sebesar 4,29%, dan di 2016 sebesar 4,26%. Bila dilihat per kuartal, industri pengolahan pada kuartal IV tumbuh 4,25%, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan kuartal III 2018 yang sebesar 4,35%.
Kepala BPS Suhariyanto menerangkan, besarnya kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap total industri membuat pergerakan pertumbuhan industri pengolahan ditentukan oleh pertumbuhan industri pengolahan nonmigas. Sepanjang 2018, industri non migas tumbuh sebesar 4,77% lebih rendah dibandingkan 2017 yang sebesar 4,85%. Suhariyanto menambahkan, industri makanan dan minuman yang berkontribusi sebesar 31% membuat apapun yang terjadi pada industri makanan dan minuman akan berpengaruh pada industri pengolahan nonmigas. "Industri makanan dan minuman tumbuh melambat di kuartal IV 2017 yang sebesar 14,77% menjadi 2,74% di kuartal IV 2018. Alasan utamanya disebabkan oleh perlambatan produksi CPO," tutur Suhariyanto, Rabu (6/2). Meski pertumbuhan industri pengolahan stagnan, tetapi industri pengolahan berkontribusi sebesar 19,86% terhadap perekonomian nasional di 2018. Namun, kontribusi ini juga terus menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Di mana, pada 2017 industri pengolahan berkontribusi 20,16%, 2016 sebesar 20,51%, dan 2015 sebesar 20.99%. Suhariyanto pun mengakui struktur pertumbuhan ekonomi tidak banyak mengalami perubahan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didominasi oleh industri pengolahan, perdagangan, konstruksi serta pertanian, kehutanan dan perikanan, dan lain sebagainya. Suhariyanto mengatakan, tahun lalu, semua sektor mencatat pertumbuhan yang positif. Berdasarkan data BPS jasa perusahaan, jasa kesehatan dan sosial, informasi dan komunikasi mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi.
Di mana jasa perusahaan tumbuh 8,64%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh 7,13%, serta skeotr informasi dan komunikasi tumbuh 7,04%. Tetapi kontribusinya terhadap PDB masih rendah. Di mana, jasa perusahaan berkontribusi 1,80%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial berkontribusi 1,07%, dan informasi dan komunikasi berkontribusi 3,77%. "Ke depan kita harus berupaya bagaimana sektor yang dominan tumbuh lebih tinggi supaya pertumbuhan ekonomi dinikmati seluruh lapisan masyarakat," tutur Suhariyanto. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto