BPS Sebut 3 Fenomena Global Ini Jadi Penyebab Kenaikan Harga Pangan dan Energi



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mencatat, terdapat tiga fenomena global yang mengakibatkan harga komoditas pangan dan energi melonjak tajam.

Pertama, adanya perubahan iklim yang memengaruhi produksi pangan secara global. Kedua, pandemi Covid-19 memengaruhi supply chain, dan ketiga, perang Rusia dan Ukraina yang semakin memperburuk kondisi kelangkaan pangan dan energi.

“Fenomena global ini bisa langsung berdampak kepada kita, terkait dengan perkembangan harga pangan dan energi. Merembatnya ke Indonesia nanti biasanya melalui transmisi perdagangan,” tutur Margo dalam diskusi virtual, Kamis (7/4).


Margo memerinci, perkembangan harga komoditas pangan dan energi yang melonjak karena kondisi global tersebut diantaranya, harga minyak mentah naik menjadi US$ 122,4 per barel, gas alam sebesar US$ 4,9 per Million British Thermal Unit (MMBTU), Crude Palm Oil (Cpo) US$ 1.777 per MT, gandum US$ 486,3 per MT, kedelai US$ 720,6 per MT, dan daging sapi US$ 6,2 per kilogram.

Baca Juga: Di Balik Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok

Margo mengatakan, pihaknya saat ini masih memantau pergerakan harga-harga tersebut, dan memantau efeknya samping sejauh mana ke Indonesia.

Selain itu, menurutnya kenaikan harga harga komoditas pangan dan energi tersebut pun telah membuat sejumlah negara mengalami inflasi pada Maret 2022 yang cukup besar, termasuk negara mitra dagang Indonesia.

Diantaranya, Tiongkok  yang mengalami inflasi sebesar 0,9%,  Jepang 0,9%, Amerika Serikat 7,9%, Uni Eropa 7,5%, Singapura 4,3%, dan Thailand 5,7%.

“Jadi rambatan ke Indonesia adalah kalau harga produsen mitra dagang kita bergejolak atau terjadi kenaikan harga, jadi bisa dipastikan, karena sebagian impor untuk membeli bahan baku, pasti akan berdampak ke sektor riil yang ada di Indonesia,” jelasnya.

Baca Juga: Bersiap, Inflasi April Bisa Lampaui Angka 1%

Lebih lanjut, dia mengatakan, tekanan inflasi global, serta naiknya harga komoditas akan turut mempengaruhi tingginya inflasi pada April. Mengingat momentum ini berbarengan dengan bulan Ramadan yang mengakibatkan banyaknya permintaan.

“Bahkan inflasi tersebut juga akan memengaruhi inflasi di bulan-bulan selanjutnya, tergantung bagaimana kita merespon kebijakan ini terhadap pergerakan harga saat ini maupun yang terjadi akibat geopolitik,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli