JAKARTA. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Ruswan Heriawan menilai, faktor internal dalam negeri berupa siklus tahunan dari musim tanam komoditi terutama beras menjadi faktor utama yang dapat mendorong inflasi tinggi.Hal itu, lanjut Rusman, antara lain ditandai dengan kenaikan harga beras sebesar 4% dalam tempo kurang dari satu minggu. Kenaikannya juga telah terjadi untuk komoditi gula yang mencapai 13%. "Kalau zaman dulu, saat ini disebut paceklik," kata Rusman di istana negara, Rabu (6/1).Rusman memperkirakan, lonjakan harga dua komoditi ini akan berlangsung hingga bulan Maret. Syukurnya, kata dia, lonjakan harga dua komoditi itu diimbangi dengan penurunan harga sejumlah komoditas seperti daging ayam dan telur ayam serta cabe.Potensi kenaikan inflasi, menurut Rusman, juga terendam oleh tidak jadi dilakukannya kenaikan tarif dasar listrik (TDL). "Karena multiplier efeknya besar," lanjutnya.Dia berpendapat, kenaikan harga minyak dunia yang saat ini mencapai di atas US$ 80 per barel juga belum menekan inflasi untuk melonjak."Sebenarnya harga minyak ke inflasi terjadi kalau pemerintah menaikkan harga BBM. Kalau tidak ada, kenaikan tidak ada pengaruhnya berapa pun harga minyak dunia," paparnya.APBN 2010 menyebutkan, inflasi tahun ini dipatok 5%. BPS sendiri memperkirakan, kalau dilihat dari sisi optimistis, asumsi tersebut akan tercapai. Inflasi 2009 secara tahunan sendiri 2,78% dari asumsiinflasi 5%.Ditemui di tempat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memandang, tidak ada alasan inflasi naik. "Selama harga administrasinya tidak diubah kan tidak ada alasan," katanya.Untuk mengamankan tingkat inflasi, dia berpendapat memang harus di lihat harga beras sampai dengan bulan April sebelum panen. Kemudian, kenaikan barang-barang yang berasal dari kenaikan permintaan karena akselerasi pertumbuhan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BPS : Siklus Tahunan Tanaman jadi Pengaruh Inflasi
JAKARTA. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Ruswan Heriawan menilai, faktor internal dalam negeri berupa siklus tahunan dari musim tanam komoditi terutama beras menjadi faktor utama yang dapat mendorong inflasi tinggi.Hal itu, lanjut Rusman, antara lain ditandai dengan kenaikan harga beras sebesar 4% dalam tempo kurang dari satu minggu. Kenaikannya juga telah terjadi untuk komoditi gula yang mencapai 13%. "Kalau zaman dulu, saat ini disebut paceklik," kata Rusman di istana negara, Rabu (6/1).Rusman memperkirakan, lonjakan harga dua komoditi ini akan berlangsung hingga bulan Maret. Syukurnya, kata dia, lonjakan harga dua komoditi itu diimbangi dengan penurunan harga sejumlah komoditas seperti daging ayam dan telur ayam serta cabe.Potensi kenaikan inflasi, menurut Rusman, juga terendam oleh tidak jadi dilakukannya kenaikan tarif dasar listrik (TDL). "Karena multiplier efeknya besar," lanjutnya.Dia berpendapat, kenaikan harga minyak dunia yang saat ini mencapai di atas US$ 80 per barel juga belum menekan inflasi untuk melonjak."Sebenarnya harga minyak ke inflasi terjadi kalau pemerintah menaikkan harga BBM. Kalau tidak ada, kenaikan tidak ada pengaruhnya berapa pun harga minyak dunia," paparnya.APBN 2010 menyebutkan, inflasi tahun ini dipatok 5%. BPS sendiri memperkirakan, kalau dilihat dari sisi optimistis, asumsi tersebut akan tercapai. Inflasi 2009 secara tahunan sendiri 2,78% dari asumsiinflasi 5%.Ditemui di tempat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memandang, tidak ada alasan inflasi naik. "Selama harga administrasinya tidak diubah kan tidak ada alasan," katanya.Untuk mengamankan tingkat inflasi, dia berpendapat memang harus di lihat harga beras sampai dengan bulan April sebelum panen. Kemudian, kenaikan barang-barang yang berasal dari kenaikan permintaan karena akselerasi pertumbuhan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News