KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan menyatakan, terdapat empat kegiatan pengembangan konektivitas Jabodetabek yang rencananya akan dilakukan pada tahun 2023 – 2024. Pertama, kegiatan Buy The Service (BTS)/pembelian layanan angkutan umum di Kota Bekasi dan Kota Tangerang tahun 2023 – 2024. Tercatat ada 4 koridor bis di Kota Bekasi yang akan dikembangkan yaitu Terminal Kota Bekasi – Kota Harapan Indah, Pasar Sumber Arta – Wisma Asri, Terminal Kota Bekasi – Plaza Pondok Gede, Sumarecon – Pasar Alam Vida. Serta satu koridor angkutan umum di Kota Tangerang yakni Tangerang City – Bandara Soekarno Hatta.
Baca Juga: Kajian Awal: Pembangunan Kereta di Kawasan Puncak Butuh Anggaran Rp 7,31 Triliun “Kegiatan ini merupakan usulan dari pemerintah kota setempat,” ucap Plt Kepala BPTJ Umar Aris saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI, Rabu (29/6). Kedua, pembangunan integrasi Stasiun Bogor pada tahun 2024. Rencananya akan dilakukan penataan fasilitas pejalan kaki, pemasangan utilitas, dan peningkatan integrasi layanan angkutan umum (BTS/Angkot) melalui Halte di Kawasan Stasiun Bogor serta keterhubungan akses dengan Stasiun Paledang. Ketiga, pembangunan Stasiun Gunung Putri pada tahun 2024. Rencananya akan dilakukan reaktivasi Stasiun Gunung Putri melalui pembangunan Gedung Stasiun. Hal ini merupakan bagian dari peningkatan layanan perkeretaapian lintas Citayam – Nambo. Keempat, pembangunan jalur sepeda di Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi sepanjang 20,6 Kilometer (Km) pada tahun 2023. Serta pembangunan jalur sepeda di Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan sepanjang 25,9 Km pada tahun 2024. Lebih lanjut Umar menyampaikan progres pengembangan konektivitas yang telah dilakukan BPTJ pada semester pertama 2022. Diantaranya, pembangunan Skybridge di Bojong Gede yang dilakukan untuk menghubungkan Stasiun Bojong Gede dan Terminal Bojong Gede. “Pembangunan ini dilakukan untuk tujuan penataan akses pejalan kaki, akses angkot dan ojek online ke dalam terminal Bojong Gede guna meminimalisir kepadatan lalu lintas dan hambatan di depan stasiun Bojong Gede,” terang Umar. Kedua, reaktivasi lintas Citayam – Nambo stasiun Pondok Rajeg dilaksanakan dalam merespon permintaan perjalanan yang terus meningkat. Sampai saat ini sudah dilakukan pengangkatan rel (penyesuaian elevasi), penguatan lereng dan pembongkaran gedung stasiun. “Ketiga, KPBU TOD Terminal Poris Plawad sampai saat ini dilakukan reviu outline business case (OBC), pendetailan kelayakan proyek dan pemetaan isu –isu KPBU,” ucap Umar. Sementara terkait moda transportasi lain yakni MRT Jakarta, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama dengan rombongannya termasuk Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar bertandang ke Jepang pada pekan lalu, untuk membahas lebih lanjut mengenai kelanjutan proyek Moda Raya Terpadu (MRT) Fase 2. Kunjungan tersebut diharapkan dapat mengakselarasi percepatan pembangunan proyek tersebut. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menjelaskan, hasil kunjungan Menteri dan berbagai pertemuan selalu mengangkat topik mengenai percepatan pembangunan proyek MRT. Adapun pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), dikatakan William, sudah memberikan komitmen akan mengakselerasi proyek tersebut.
Baca Juga: Begini Progres Proyek LRT Jabodebek “Dalam waktu singkat akan ditandatangani komitmen pendanaan baru pemerintah Jepang terhadap penambahan anggaran pembangunan fase 2 MRT,” ungkap William dalam konferensi pers, Rabu (22/6).
William mengatakan, pemerintah Jepang melalui JICA juga memberikan komitmennya untuk pembangunan MRT fase 2B dari Kota menuju Ancol. Dalam pertemuan Menteri Perhubungan dan JICA, juga disampaikan komitmen mempercepat pelaksanaan pembangunan MRT Timur Barat dan di mana saat ini sedang dilakukan perencana teknis untuk fase pertama. “Pemerintah Jepang sudah memberikan komitmen ikut mendanai fisik dari proyek tersebut,” kata William. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .