JAKARTA. Tahun ini, PT Berau Coal Energy Tbk menargetkan produksi batubara 33,5 juta ton. Jumlah ini meningkat dibandingkan realisasi produksi tahun lalu yang hanya memproduksi 26 juta ton batubara. Kenaikan 28,85% produksi itu karena mulai stabil dan membaiknya harga batubara sejak kuartal IV tahun lalu. Sehingga tahun ini, dari tiga tambang Lati, Binungan dan Sambarata, bisa produksi penuh dan sesuai target. Farhan Soeprapto, Media Relations Officer PT Berau Coal Energy, mengatakan, peningkatan produksi tahun ini akan terus diantisipasi melalui efisiensi operasional. Dengan peningkatan harga yang tiba-tiba, juga membuka peluang harga turun tiba-tiba pula.
Strategi antisipasi melalui efisiensi ini menyebabkan perusahaan bisa survive. Namun, efisiensi tidak akan meninggalkan aspek keselamatan dan optimalisasi operasional perusahaan. "Kontraktor jasa penambangan juga sudah kami tandatangani akhir tahun lalu," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (5/2). Salah satunya adalah PT Bukit Makmur Mandiri Utama. Pada akhir tahun lalu, emiten berkode BRAU tersebut memperbarui kontrak dengan PT Bukit Makmur Mandiri Utama untuk melakukan pekerjaan jasa penambangan tambang Lati dan Binungan. Nilainya sekitar Rp 39 triliun atau setara US$ 3 miliar. Selain itu juga kontrak dengan PT Tadjahan Antang Mineral dan PT Pamapersada Nusantara. Ketiganya akan menggarap kontrak pengerjaan pada ketiga tambang BRAU. Dari ketiga tambang tersebut saat ini perusahaan memiliki cadangan batubara terbukti mencapai 836 juta ton, dengan resource mencapai 2,6 miliar ton. Dengan kalori 4.500 kilokalori (kkal), memang pasar batubara milik BRAU menyasar ke luar negeri. Namun menurut Farhan, tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut menjual batubara ke dalam negeri. Namun dirinya tidak bisa merinci berapa persentase penjualan domestik dan ekspor, serta negara tujuan ekspor. Yang jelas BRAU memasok kebutuhan batubara untuk power plant yang sesuai spesifikasi dari jenis dan kualitas batubara yang dimiliki. Dengan penambahan produksi ini terbuka peluang perusahaan ini bisa menyuplai kebutuhan batubara di domestik. "Tahun lalu kami banyak menjual ke luar negeri, batubara kami sedikit saja yang cocok dipakai di domestik," lanjutnya. Perusahaan ini juga belum akan melakukan akuisisi tambang baru di luar dari tiga tambang yang saat ini ada. Namun, BRAU masih bisa melakukan akuisisi tambang baru berdasarkan Kepmen ESDM no. 178/40.00/DJB/2005 dan persetujuan Tekno Ekonomi dari Kementerian ESDM dengan nomor surat 2759/31.02/DBB/2014. Syaratnya harus seluas 14.624 hektare (ha) dengan kapasitas produksi 6,56 juta ton per tahun. Sedangkan total rencana produksi sebanyak 55 juta metrik ton selama 15 tahun.
Selain fokus menggenjot produksi batubara, perusahaan ini berencana menekuni bisnis sektor power plant, namun tidak dalam waktu dekat. "Masuk ke power plant itu mungkin ada, tetapi belum tahu waktunya. Bisa jangka menengah atau jangka panjang," ujarnya. Asal tahu saja, Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE) mengakuisisi BRAU pada medio tahun 2015 lalu. Ace sendiri merupakan kendaraan investasi Sinarmas Group untuk mendukung proyek-proyek PLTU milik Sinarmas. Saat ini melalui anak usahanya sudah mengoperasikan empat pembangkit listrik di Tangerang, Banten dan dua di Karawang, Jawa Barat dengan total kapasitas mencapai 300 MW. Selain itu, Sinarmas Grup juga memiliki PLTU Sumsel V Musi Banyuasin berkapasitas 2x150MW, PLTU Kendari III. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini