BRAU tunda terbitkan obligasi global, kenapa?



JAKARTA. PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) menunda pelaksanaan penerbitan obligasi global senilai US$ 450 juta. Obligasi berdenominasi dollar AS ini sedianya sudah mulai ditawarkan pada 7 Agustus 2014 lalu.

Andriani Pangemanan, Sekretaris Perusahaan BRAU mengatakan, penundaan itu dilakukan menyusul kondisi pasar yang tidak mendukung. 

"Perseroan akan melanjutkan rencana penerbitan apabila kondisi pasar telah mendukung," ujarnya dalam pernyataan resmi.


Seperti diketahui, BRAU melalui, anak perusahaan, Berau Capital Resources II Pte (BCR). Ltd berencana menerbitkan surat utang dollar AS senilai US$ 450 juta. Perseroan telah memperoleh restu dari para pemegang saham untuk aksi korporasi ini pada 6 Agsutus 2014.

Perseroan telah menunjuk Barclays, Citigroup, dan Standard Chartered Bank sebagai pembeli awal (initial purchaser). Adapun, target investor yang akan dijaring berasal dari Singapura, Hong Kong, London, New York, dan Los Angles. 

Berdasarkan perkiraan awal, pengumuman penetapan kupon sudah bisa dilakukan pada 21 Agsutus 2014. Pperseroan menargetkan besarnya bunga ada di angka 12%. Bunga ini akan dibayar setiap enam bulan.

Obligasi ini akan dicatatkan di bursa Singapura ini memiliki tenor lima tahun. Adapun, obligasi ini akan dilakukan guna membayar kembali (refinancing) atas surat utang dollar AS yang diterbitkan BCR sebesar US$ 450 juta dan akan jatuh tempo pada Juli 2015. 

Surat utang tersebut akan dijamin dengan sebagian aset perseoan dan sebagian besar aset sejumlah anak perusahaan. Adapun, anak perusahaan yang bertindak sebagai penjamin adalah PT Berau Coal, PT Armadian Tritunggal, PT Energi Bara Sarana, PT Banua Karsa MItra, dan Berau Capital Reserves II Pte. Ltd. 

Selain itu, juga ada  Seacoast Offshore Inc, Maple Holdings, Winchester Investment Holding PLC, Aries Investment Ltd, Empire Capital Resources Pte. Ltd.

Awalnya, refinancing obligasi ini menjadi salah satu strategi efisiensi yang diambil BRAU. Tahun ini, BRAU memang mencanangkan program efisiensi besar-besaran baik dalam hal beban keuangan maupun produksi. 

Strategi ini diambil guna meminimalkan dampak penurunan harga jual batubara. Untuk produksi, BRAU misalnya akan lebih menghemat penggunaan bahan bakar minyak dan meminta penurunan tarif kontraktor penambangan batubara.

Di sisi lain, BRAU tetap akan memacu produksi hingga sebanyak 24,2 juta ton, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu yang 23,5 juta ton. Namun, kenaikan volume itu diprediksi bakal tergerus oleh penurunan harga jual rata-rata batubara BRAU.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia