BREN Kembali Jadi Market Cap Terbesar di BEI, Kekayaan Prajogo Pangestu Bertambah



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), milik konglomerat Prajogo Pangestu kembali menduduki posisi sebagai emiten dengan pangsa pasar atau market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat pasar ditutup, Jumat (20/12/2024). 

Saat pasar ditutup, nilai market cap BREN tembus Rp 1.230,83 triliun. Total nilai transaksi saham BREN pada Jumat mencapai Rp 294,55 miliar dengan total volume saham yang diperdagangkan 32,53 juta.

Saham BREN ditutup menguat 4,25% ke level Rp 9.200 per saham pada Jumat.


Baca Juga: Prajogo Pangestu Tambah Kepemilikan Saham BREN, Ini Kata BEI

Sementara itu, market cap PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), milik konglomerat grup Djarum, Hartono Bersaudara, sebesar Rp 1.189,60 triliun dan berada di urutan kedua dengan market cap terbesar di BEI.

Saham BBCA ditutup turun 0,26% ke Rp 9.650 per saham. Total volume perdagangan saham BBCA mencapai 91,58 juta dengan nilai transaksi Rp 885,12 miliar.

Mengutip data Forbes Real Time Billionaires, per Jumat (20/12), kekayaan Prajogo tercatat naik 1,42% atau sebesar US$ 598 juta atau sekitar Rp 9,68 triliun (kurs Rp 16.190).

Baca Juga: Prajogo Pangestu Tambah Kepemilikan Saham di BREN

Kekayaan bersih Prajogo versi forbes mencapai US$ 42,6 miliar atau sekitar Rp 689,69 triliun.

Posisi kedua ada bos batubara pemilik PT. Bayan Resources Tbk (BYAN) Low Tuck Kwong dengan kekayaan bersih US$ 28,5 miliar atau sekitar Rp 461,4 triliun.

Diurutan ketiga dan keempat ada Hartono bersaudara pemilik mayoritas saham BBCA. Kekayaan Robert Budi Hartono sebesar US$ 24,0 miliar atau sekitar Rp 388,5 miliar dan Michael Hartono dengan kekayaan US$ 23,0 miliar atau sekitar Rp 372,3 miliar.

Di posisi kelima ada Sri Prakash Lohia pendiri Indorama Corporation dengan nilai kekayaan US$ 8,8 miliar atau sekitar Rp 142 triliun.

Selanjutnya: Harga Telur di AS Meroket ke Rekor Tertinggi, Bebani Warga Jelang Natal

Menarik Dibaca: RAAM Optimistis Bisa Membesarkan Bisnis di Tahun 2025, Ini Alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli