KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan hari Selasa (17/10), saham PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) kembali mencatat kenaikan. Hal ini berdampak pada peningkatan kekayaan konglomerat Prajogo Pangestu. Saat ini, kapitalisasi pasar (market cap) dari BREN bahkan telah melampaui PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM). Data dari RTI pada sesi perdagangan pertama menunjukkan market cap BREN telah mencapai Rp 442,83 triliun. Sementara itu, market cap TLKM berada di angka Rp 373,46 triliun.
Baca Juga: Akankah Saham Barito Renewables (BREN) Lanjutkan Reli? Ini Kata Analis Dengan angka tersebut, BREN kini berada di peringkat kelima setelah BBCA dengan market cap Rp 1.112,56 triliun, BBRI Rp 784,32 triliun, BYAN Rp 631,67 triliun, BMRI Rp 553 triliun, dan diikuti oleh AMMN dengan Rp 443,53 triliun. Laporan dari
Real Time Forbes Billionaires hari ini mengindikasikan bahwa kekayaan Prajogo Pangestu telah meningkat sebesar 14,66%, atau setara dengan US$ 1,8 miliar, yang kurang lebih sama dengan Rp 28,26 triliun. Hal tersebut membuat total kekayaan bersih Prajogo saat ini mencapai US$ 14,2 miliar, atau setara dengan Rp 222,94 triliun.
Dalam daftar orang terkaya di Indonesia, Prajogo Pangestu kini berada di posisi keempat, setelah Low Tuck Kwong dengan kekayaan US$ 25,5 miliar, R. Budi Hartono US$ 24,6 miliar, dan Michael Hartono dengan US$ 23,6 miliar.
Baca Juga: Tak Lagi ARA, Cermati Rekomendasi Saham Barito Renewables (BREN) Penguatan saham BREN dianggap tidak lepas dari reputasi besar yang dimiliki oleh Prajogo. Sebagai contoh, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang juga miliknya, sebelumnya mengalami kenaikan signifikan pasca initial public offering (IPO). Namun, sebelumnya menurut William Hartanto, Pengamat Pasar Modal dan Pendiri WH-Project, kenaikan pada saham BREN mungkin tidak akan berlangsung lama. Analisisnya didasarkan pada bid price saham yang kini tidak lagi mencapai jutaan lot. William berpendapat bahwa banyak investor telah membeli saham BREN di pasar sekunder. Alternatif lainnya, banyak investor yang mulai menghindari saham tersebut karena khawatir akan adanya penurunan di masa yang akan datang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli