KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya saham PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) dalam papan pemantauan khusus menjadi momok bagi Indeks Harga Saham Gabungan. Sejak menjadi penghuni papan ini, BREN sudah mengalami
auto rejection bawah (ARB). Misalnya, pada Jumat (31/5), BREN ambles anjlok 9,86% atau turun 900 poin ke level Rp 8.225. Pada hari itu, pelemahan saham emiten Energi Baru Terbarukan (EBT) ini sudah menggerus IHSG sebesar 35,08 poin. Seperti yang diketahui, ketika suatu saham masuk dalam papan pemantauan khusus maka mekanisme perdagangannya akan berganti menjadi
full periodic call auction dari
continuous auction. Dengan begitu secara otomatis, perdagangan akan dilakukan dengan
blinded order book. Artinya, investor tidak bisa melihat kolom
ask and bid selama perdagangan berlangsung.
Baca Juga: Di Tengah Koreksi IHSG Sejumlah Saham LQ45 Menunjukkan Sinyal Rebound, Ini Daftarnya Budi Frensidy, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia menuturkan tekanan pada saham BREN disebabkan oleh kepanikan investor karena masuk papan pemantauan khusus dan aksi profit taking. "Tentunya ini akan menjadi sentimen sangat negatif karena kapitalisasi pasar BREN merupakan yang terbesar setelah BBCA," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (2/6). Dalam hitungan Budi, ARB yang melanda BREN selama tiga hari beruntun mempunyai efek terhadap IHSG sekitar 9% kali dari penurunan harga sahamnya di sekitar minus 27%, yaitu minus 2,43% atau setara dengan 170 poin. "Jika bobot BREN di IHSG berdasarkan
market cap-nya hanya 5%, efek penurunan BREN sekitar minus 1,35% atau sekitar sekian ratus persen," jelas Budi.
Baca Juga: Waspadai Volatilitas IHSG di Bulan Juni, Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dilirik Direktur Infovesta Utama Parto Kawito menjelaskan penurunan indeks bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti hengkangnya dana investor asing, papan pemantauan khusus hingga sentimen suku bunga tinggi. "Secara psikologis dengan ditutupnya indikator
bid and offer membuat investor menjadi takut. Namun tetap harus mendengarkan pendapat banyak pihak," ucap Parto. Untuk itu, Parto menyarankan seharusnya implementasi papan pemantauan khusus dengan skema
full call auction ini bisa dikomunikasikan lebih dalam berdasarkan kajian penelitian yang mendalam.
Baca Juga: LQ45 Terpuruk Saat IHSG Ambruk, Simak Rekomendasi Saham Blue Chip Berikut Investment Consultant Reliance Sekuritas Reza Priyambada menuturkan papan pemantauan ini menjadi momok di pasar saham. Menurutnya, secara ide kehadiran papan ini tergolong bagus karena bisa mengaktifkan saham-saham yang tidur.
Bahkan saham-saham yang sudah lama tertidur pulas di level Rp 50 bisa kembali bergerak baik menguat maupun turun. Memang kehadiran papan ini membuka peluang saham bisa turun di bawah gocap. "Tapi secara sentimen menjadi buruk karena ada persepsi saham-saham yang masuk ke papan pemantauan khusus ini adalah saham yang punya masalah," kata Reza. Dengan begitu, Reza menilai karena persepsi negatif tersebut para pelaku pasar terlihat kurang mendukung dengan adanya papan pemantauan khusus ini dan bersikap negatif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati