Brexit berpotensi mengangkat pamor emas



JAKARTA. Kilau emas kembali memudar seiring dengan penguatan mata uang dollar AS. Namun demikian, peluang kenaikan emas masih terbuka menjelang pertengahan tahun ini.

Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, sebelumnya emas mendapat dorongan dari gejolak finansial di China dan Eropa. Saat ini, gejolak ekonomi sudah mulai reda sehingga penguatan emas lebih lanjut belum terlihat.

"China menurunkan beberapa suku bunga acuan. Dari Eropa juga sudah menggelontorkan stimulus ekonomi lagi," ujarnya.


Proyeksi Putu, harga emas akan terkoreksi mulai akhir kuartal pertama tahun ini. Kasus ini sama dengan tahun 2014 dan 2015 di mana emas menguat pada awal tahun dan mulai tergerus menjelang kuartal kedua.

Namun demikian, potensi penguatan emas di pertengahan tahun masih ada. Hal ini didorong oleh referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit. Berbagai survey mengenai Brexit yang dirilis menjelang referendum juga akan mendorong kenaikan harga emas.

"Kalau Inggris akhirnya keluar dari Uni Eropa, kemungkinan besar emas bakal menguat karena ada gejolak finansial. Daya tarik emas akan meningkat," kata Putu.

Tetapi kenaikan harga tidak akan terlalu signifikan mengingat The Fed juga berpeluang menaikkan suku bunga pada semester kedua. Kenaikan suku bunga The Fed membuat daya tarik emas sebagai aset non bunga menjadi berkurang.

Dugaan Putu, harga emas pada pertengahan tahun akan berada di kisaran US$ 1.300 - US$ 1.310 per ons troi. Sementara untuk akhir tahun, emas bisa kembali melemah ke level US$ 1.280 per ons troi.

Mengutip Bloomberg, Senin (28/3) pukul 18.43 WIB, harga emas kontrak pengiriman April 2016 di Commodity Exchange melemah 0,28% ke level US$ 1.218,1 per ons troi dibanding sehari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto