Brexit menghambat laju ekonomi AS



WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) merevisi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2016. Angka terbaru, pertumbuhan ekonomi AS di kuartal tersebut sebesar 1,1%, lebih tinggi dari sebelumnya yakni tumbuh 0,8% yang diumumkan bulan lalu.

Meski lebih baik, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS di kuartal I 2016 tersebut tetap melambat ketimbang kuartal sebelumnya. Pada kuartal IV-2015, ekonomi AS masih tumbuh 1,4%.

Ada indikasi ekonomi AS mulai bangkit di kuartal kedua 2016. Ini nampak dari penjualan ritel dan penjualan rumah yang meningkat pada bulan April dan Mei 2016. Tapi ada risiko pengeluaran bisnis dan pertumbuhan lapangan kerja melambat.


Belum lagi adanya ketidakpastian akibat keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) menimbulkan risiko prospek pertumbuhan ekonomi AS.

Ryan Sweet, Ekonom Senior Moody's Analytics seperti dikutip Reuters, menyatakan, efek referendum Inggris ke ekonomi AS sangat kecil, asalkan pasar keuangan tidak turun. Persoalannya, Brexit membuat lenyap dana US$ 3,01 triliun dari pasar saham global dalam dua hari.

Para ekonom memperkirakan, Brexit bisa mengurangi rata-rata pertumbuhan ekonomi AS dalam enam kuartal berikutnya. Efek yang paling besar sebenarnya datang dari pengeluaran bisnis yang lemah karena ketidakpastian.

Perusahaan memilih menunda proyek dan mengatur bisnis. Gelagat ini sudah terlihat di kuartal I 2016. Di periode itu pengeluaran bisnis AS terpangkas 0,58%.

"Setelah Brexit kami berharap dollar AS lebih kuat sehingga bisa meningkatkan pasar keuangan. Namun, suku bunga yang rendah memberi dampak margin yang negatif," ujar Gregory Daco, Kepala Makroekonomi Oxford Amerika Serikat.

Sebab meski tanda pertumbuhan ekonomi AS membaik tapi The Federal Reserves tidak mungkin menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Ini karena implikasi keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Pada kuartal I-2016, pertumbuhan ekonomi AS juga dibatasi penguatan dollar AS dan permintaan global yang lesu. Output yang terhambat juga mengurangi perbedaan persediaan. Belum lagi, harga minyak yang rendah dan pengeluaran barang modal yang terpangkas membuat pertumbuhan ekonomi kian lesu.

Tren ekonomi di kuartal pertama yang melambat mengindikasikan upaya yang digunakan pemerintah tidak mencapai tujuan. Ekonomi underperformed pada kuartal I ini sudah terjadi dalam 5 tahun-6 tahun terakhir.

Pemerintah AS rencananya mengubah model perhitungan PDB. Perubahan ini akan dilakukan pertengahan 2018. Data lain yang membuat PDB melambat di kuartal I adalah pertumbuhan ekspor yang ternyata hanya sebesar 0,3% .

Begitu juga pertumbuhan belanja konsumen hanya tumbuh 1,5% dari perkiraan sebesar 1,9%.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie