Brexit & pertaruhan bisnis US$ 1,3 triliun



LONDON. Hengkangnya Inggris dari Uni Eropa ditengarai akan memicu gejolak perdagangan di seluruh dunia. Sebagai gambaran, nilai perdagangan ekspor dan impor barang dan jasa Inggris mencapai lebih dari £ 1 triliun atau setara US$ 1,3 triliun.

Jadi, jelas keputusan British Exit (Brexit) bakal mempertaruhkan banyak hal.

Misalnya saja, sebagai anggota Uni Eropa, Negeri Ratu Elizabeth ini melakukan perdagangan bebas dengan 27 negara Uni Eropa lainnya. Nilai transaksi dua arah negara-negara tersebut mencapai £ 513 miliar atau US$ 680 miliar pada tahun lalu. Angka ini lebih dari setengah nilai perdagangan Inggris. Dengan Brexit, kesepakatan bisnis baru antara Uni Eropa dan Inggris akan sulit tercapai dalam waktu dekat.


Tak hanya itu, anggota Uni Eropa mengelola transaksi perdagangan preferensial dengan 60 negara lain, termasuk Swiss dan Turki. Itu artinya, supaya tidak kehilangan potensi perdagangan, Inggris harus membuka hubungan baru dengan negara-negara tersebut.

Kemudian, terkait hubungan dagang dengan AS dan China juga tak akan mudah. Sebab, hubungan perdagangan Inggris didasarkan pada standar global yang diawasi oleh Organisasi Perdagangan Dunia alias World Trade Organization (WTO). Masalahnya, Uni Eropa mengelola keanggotaan WTO Inggris.

Jadi ketika Inggris meninggalkan Uni Eropa (di awal 2019), negara ini harus menegosiasi ulang semua persyaratan perdagangan dengan Uni Eropa, WTO dan setiap mitra lainnya. Hal ini akan memakan waktu beberapa tahun.

Dirjen WTO Roberto Azevedo telah memperingatkan bahwa proses itu tidak mudah. Ongkos perdagangan pun bakal jadi lebih mahal, sehingga berbahaya bagi keberlangsungan perusahaan dan lapangan pekerjaan di Inggris. "Biaya eksportir Inggris bisa mencapai £ 5,6 miliar pound (US$ 740 miliar) setiap tahun. Ini diluar bisnis jasa," ujarnya seperti dilansir CNNMoney, Rabu (24/8).

Sebelumnya, tokoh pro Brexit mengklaim, Inggris bakal bisa menetapkan aturan dagang sendiri pasca keluar dari Uni Eropa. Tapi, seberapa banyak Inggris mampu mempertahankan akses ke pasar Eropa dan dengan persyaratan apa, bakal jadi faktor penting.

Belakangan, Pemerintah Inggris  memang mulia gencar menjalin hubungan dengan India dan China. Namun, The Institute for Fiscal Studies mengingatkan, ekspansi perdagangan ke China dalam 15 tahun ke depan, tidak akan cukup mengkompensasi kerugian yang ditimbulkan dari hilangnya potensi perdagangan dengan Uni Eropa.

Tahun lalu, nilai perdagangan Inggris dengan China dan India relatif kecil, yaitu hanya £ 72 miliar.

Editor: Dupla Kartini