KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Restorasi Gambut (BRG) terus berupaya memulihkan dan menjaga gambut. Selain menggandeng pemerintah daerah dan akademisi, BRG juga menggandeng pengelola pondok pesantren untuk menjalani Sekolah Lapang Petani Gambut. Program Sekolah Lapang Petani Gambut berisi materi dan pembelajaran mengenai pertanian alami tanpa bakar di areal gambut dan restorasinya. Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG, Suwignya Utama menyebut Sekolah Lapang Petani Gambut menjadi solusi bagi para petani atas pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar. Gagasan program ini muncul beriringan dengan ditemukannya teknologi Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
Baca Juga: Mau jadikan Indonesia raja kakao di dunia, ini strategi pemerintah “Pada 2016, kami kumpulkan para petani inovator gambut yang menemukan cara bertani di lahan gambut tanpa membakar dan bisa menggunakan nutrisi tanaman buatan sendiri,” kata Suwignya dalam keterangannya, Jumat (18/12). Dari kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut ini, BRG memperkuat melalui Masjid Peduli Gambut. Yang terbaru, BRG menggandeng pesantren untuk mengajarkan kepada para santri mengenai aktivitas pembukaan dan pengelolaan lahan secara alami. “Pesantren di Riau sangat banyak. Beberapa diantaranya punya lahan produktif,” kata dia. Suwignya berharap kerja sama dan pelatihan ini bisa menjadi penggerak ekonomi pondok pesantren. ”Sehingga ekonomi pesantren dari lahan-lahan tadi bisa untuk menyuplai para santri dan warga sekitar pesantren,” ujar dia. Sementara itu, Pengurus Ponpes Al Muttaqin, KH Muhammad Winto mengakui program ini sebagai solusi. Sebab, dia menyebut, pembakaran untuk membuka lahan banyak dilakukan masyarakat. “Dulu warga beranggapan, mengolah gambut tanpa dibakar itu tidak bisa, tapi sekarang sudah ada tekniknya,” ucap dia.