JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berniat serius garap bisnis lama, yaitu sektor pertanian. Terkait agenda kembali ke khitah, BRI akan menjalin kerjasama dengan banyak lembaga atau kelompok tani dalam penyaluran kredit. Direktur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BRI Sulaiman Arif Arianto mengakui komposisi kredit untuk petani baru 40% dari total kredit BRI. Hingga akhir Juni 2008, dari seluruh kredit BRI, Rp 135,7 triliun, baru 40% yang mengalir ke sektor pertanian. "Target kami, pada akhir tahun nanti sebanyak 60% kredit BRI mengalir sektor pertanian," kata Sulaiman Arif, Rabu kemarin (13/8). BRI optimistis bisa mencapai target kredit pertanian. Pengelola BRI menilai, kebutuhan pendanaan di sektor pertanian masih tinggi. Apalagi saat ini, Pemerintah sedang serius menggulirkan agenda swasembada pangan. BRI makin yakin dengan sektor pertanian karena bahan bakar nabati sedang booming. Para pebisnis yang menghasilkan bahan bakar dari berbagai komoditas pertanian, semacam kelapa sawit, jagung maupun ketela, tentu butuh kredit untuk meningkatkan produksi. BRI menjalin kerjasama dengan Departemen Pertanian. Dalam kerjasama tersebut BRI memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan modal kerja dan investasi kepada kelompok tani yang selama ini di bina Departemen Pertanian. BRI belum mau mengungkapkan berapa besar potensi penyaluran kredit dengan kerjasama tersebut. Yang jelas, perwakilan dari BRI dan Deptan sama-sama berharap, kerjasama akan meningkatkan portofolio kredit BRI ke sektor pertanian.BRI Bakal Terus Menggenjot KUR BRI juga punya peluang menggenjot kredit sektor pertanian dengan meningkatkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hingga kini, BRI masih membukukan angka penyaluran KUR tertinggi. Hingga akhir Juli kemarin, BRI telah menyalurkan KUR kepada 1.011.358 debitur dengan jumlah dana yang tersalurkan Rp 6,229 triliun. Artinya rata-rata setiap debitur meminjam sebesar Rp 6,16 juta. Tapi sebenarnya sebagian besar pemakai KUR menerima kredit di bawah Rp 5 juta per nasabah. Hingga 31 Juli, jumlah debitur untuk KUR di bawah Rp 5 juta mencapai 992.111 debitur dengan jumlah pinjaman sebesar Rp 3,9 triliun. Sebagian debitur KUR itu sebagian besar juga untuk sektor pertanian. Baik untuk pertanian pangan maupun perkebunan. Meski KUR mengalir deras, namun pengelola BRI mengaku sangat berhati-hati dalam penyaluran kredit. Sulaiman mengaku, BRI bakal menolak debitur yang meminta KUR untuk menutup kredit yang macet. Sulaiman menjamin, peluang debitur menyalahgunakan KUR sangat kecil. BRI punya persyaratan ketat tentang calon penerima KUR. Misalnya, BRI tak akan memberikan KUR ke debitur yang telah menikmati fasilitas kredit UMKM. "KUR hanya untuk debitur yang belum bankable sedangkan kredit usaha kecil dan menengah di BRI kan sudah bankable," tuturnya. Sulaiman juga menjamin seluruh debitur KUR BRI adalah debitur baru, karena BRI mengecek data calon debitur KUR. Hingga saat ini, BRI menyatakan tak ada KUR yang macet. "Kredit macet KUR masih nol," tuturnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BRI akan Kembali ke Khitahnya
JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berniat serius garap bisnis lama, yaitu sektor pertanian. Terkait agenda kembali ke khitah, BRI akan menjalin kerjasama dengan banyak lembaga atau kelompok tani dalam penyaluran kredit. Direktur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BRI Sulaiman Arif Arianto mengakui komposisi kredit untuk petani baru 40% dari total kredit BRI. Hingga akhir Juni 2008, dari seluruh kredit BRI, Rp 135,7 triliun, baru 40% yang mengalir ke sektor pertanian. "Target kami, pada akhir tahun nanti sebanyak 60% kredit BRI mengalir sektor pertanian," kata Sulaiman Arif, Rabu kemarin (13/8). BRI optimistis bisa mencapai target kredit pertanian. Pengelola BRI menilai, kebutuhan pendanaan di sektor pertanian masih tinggi. Apalagi saat ini, Pemerintah sedang serius menggulirkan agenda swasembada pangan. BRI makin yakin dengan sektor pertanian karena bahan bakar nabati sedang booming. Para pebisnis yang menghasilkan bahan bakar dari berbagai komoditas pertanian, semacam kelapa sawit, jagung maupun ketela, tentu butuh kredit untuk meningkatkan produksi. BRI menjalin kerjasama dengan Departemen Pertanian. Dalam kerjasama tersebut BRI memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan modal kerja dan investasi kepada kelompok tani yang selama ini di bina Departemen Pertanian. BRI belum mau mengungkapkan berapa besar potensi penyaluran kredit dengan kerjasama tersebut. Yang jelas, perwakilan dari BRI dan Deptan sama-sama berharap, kerjasama akan meningkatkan portofolio kredit BRI ke sektor pertanian.BRI Bakal Terus Menggenjot KUR BRI juga punya peluang menggenjot kredit sektor pertanian dengan meningkatkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hingga kini, BRI masih membukukan angka penyaluran KUR tertinggi. Hingga akhir Juli kemarin, BRI telah menyalurkan KUR kepada 1.011.358 debitur dengan jumlah dana yang tersalurkan Rp 6,229 triliun. Artinya rata-rata setiap debitur meminjam sebesar Rp 6,16 juta. Tapi sebenarnya sebagian besar pemakai KUR menerima kredit di bawah Rp 5 juta per nasabah. Hingga 31 Juli, jumlah debitur untuk KUR di bawah Rp 5 juta mencapai 992.111 debitur dengan jumlah pinjaman sebesar Rp 3,9 triliun. Sebagian debitur KUR itu sebagian besar juga untuk sektor pertanian. Baik untuk pertanian pangan maupun perkebunan. Meski KUR mengalir deras, namun pengelola BRI mengaku sangat berhati-hati dalam penyaluran kredit. Sulaiman mengaku, BRI bakal menolak debitur yang meminta KUR untuk menutup kredit yang macet. Sulaiman menjamin, peluang debitur menyalahgunakan KUR sangat kecil. BRI punya persyaratan ketat tentang calon penerima KUR. Misalnya, BRI tak akan memberikan KUR ke debitur yang telah menikmati fasilitas kredit UMKM. "KUR hanya untuk debitur yang belum bankable sedangkan kredit usaha kecil dan menengah di BRI kan sudah bankable," tuturnya. Sulaiman juga menjamin seluruh debitur KUR BRI adalah debitur baru, karena BRI mengecek data calon debitur KUR. Hingga saat ini, BRI menyatakan tak ada KUR yang macet. "Kredit macet KUR masih nol," tuturnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News